Apakah kamu pernah membayangkan bagaimana rasanya menjelajahi kejayaan masa lalu dengan moda transportasi jaman dulu, seperti kereta api dengan gerbong kayu yang masih asli dibuat pada tahun 1900-an?
Wuah, pasti kamu akan merasakan vibes tempo dulu seperti zaman peperangan sebelum masa kemerdekaan. Apalagi di dalamnya, kamu bertemu seorang tour guide yang berpakaian seperti kondektur Belanda atau meneer zaman itu.
Itulah yang saya rasakan ketika berkunjung ke Museum Kereta Api Ambarawa di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Perjalanan kala itu istimewa sekali. Apalagi untuk kamu yang sering/pernah naik kereta api masa kini.
Menuju Museum KA Ambarawa
Pagi itu langit cerah sekali. Cuacanya se-good-mood suasana hati ini. Saya berangkat dengan suami naik sepeda motor dari Surakarta menuju kabupaten Semarang.
Membutuhkan waktu 2 jam perjalanan untuk sampai di lokasi. Museum KA Ambarawa ini berada di Jalan Stasiun Nomor 1, Panjang Kidul, Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang.
Harga Tiket dan Jam Buka Museum Ambarawa
Saat memasuki Museum Ambarawa, para wisatawan harus membayar HTM terlebih dahulu. Oh ya, perlu dicatat bahwa HTM-nya beragam, bergantung pada usia, status, hingga kewarganegaraan.
Untuk orang dewasa, HTM-nya adalah Rp 20.000/orang. Lain halnya dengan pelajar (berseragam) dan anak-anak (3-12 tahun) dikenakan HTM Rp 10.000/orang. Sementara itu, untuk turis asing dikenakan HTM Rp 30.000/orang.
Catat ya, HTM tersebut hanyalah untuk biaya eksplore Museum Kereta Api Ambarawa.
Lain halnya bila ingin naik Kereta Wisata, maka ada harga tiket tambahan yang harus dibayarkan, yakni Rp 100.000/orang.
Rasanya terkesan mahal banget ya? Tapi ternyata itu sepadan dengan experience yang kita dapatkan. Di sisi lain, tak dapat dipungkiri bahwa biaya perawatan Kereta Wisata yang digunakan membutuhkan biaya besar karena keretanya tua dan asli buatan tahun 1900-an.
Bagai Memasuki Lorong Waktu
Usai membayar tiket, kami langsung masuk ke museum. Saya kira museumnya gelap, singup, dan menyeramkan. Eh, ternyata di luar perkiraan loh!
Museumnya memiliki konsep terbuka alias outdoor. Tenang aja, enggak panas kok, soalnya sudah ada atapnya untuk kita berjalan eksplorasi museum.
Loleksi lokomotif |
Saat memasuki museum, kami bagaikan masuk ke lorong waktu. Di samping kiri, berjajar rapi koleksi lokomotif kuno dari berbagai tahun dan dari berbagai daerah.
Terdapat 26 lokomotif uap, 4 lokomotif diesel, 5 kereta, dan 6 gerbong kereta yang didatangkan langsung dari berbagai tempat di Indonesia. Ada juga koleksi lokomotif tua dengan berbagai bahan bakar, mulai dari uap, batu bara, diesel, dan lainnya.
Setiap lokomotif memiliki cerita dan memancarkan aura masa lalu yang kuat. Seolah-olah di badan kereta itu masih menggema cerita-cerita petualangan dan perjalanan di rel-rel yang telah mereka lalui.
Masih di lorong museum, di sisi kanan terdapat papan informasi yang cukup panjang berisikan sejarah perkeretaapian Indonesia. Mulai dari kereta lori, trem yang ditarik oleh kuda, kereta api zaman Belanda, hingga nasionalisasi dan peremajaan kereta api Indonesia masa kini.
Bangunan Peninggalan Zaman Dulu yang Masih Kokoh
Lepas dari lorong waktu, bukan menandai usainya perjalanan kembali ke masa lalu. Di depan mata, masih berdiri kokoh bangunan Stasiun Ambarawa yang menjadi saksi bisu awal kejayaan perkeretaapian di Indonesia.
Awalnya, stasiun ini bernama Willem I, yang namanya sesuai dengan nama Raja Belanda yang berkuasa kala itu, yakni Raja Willem Frederik Prins Vans Oranje-Nassau.
sumber gambar: https://heritage.kai.id/page/museum-ambarawa |
Dibangun pada 21 Mei 1873, stasiun ini didirikan di atas tanah dengan luas 127.500 meter persegi. Sengaja dibangun di Ambarawa karena ini merupakan daerah militer yang membutuhkan logistik dan moda transportasi cepat.
Dulunya, Stasiun Ambarawa merupakan bangunan berkanopi yang dibuat dari kayu jati. Namun seiring berjalannya waktu, pada tahun 1907 stasiun direnovasi dengan menggunakan bahan beton yang arsitekturnya masih bisa kita saksikan hingga saat ini.
Kalau kamu melihat lantainya, atapnya, rangkanya, jendelanya, ornamen, dan lainnya, maka kamu merasa berada di tahun 1900-an. Khas banget! Se-vintage itu karena memang asli!
Lalu pada tahun 1976, Stasiun Ambarawa dinonaktifkan oleh Gubernur Jawa Tengah kala itu yakni Supardjo Rustam. Tujuannya adalah untuk menyelamatkan peninggalan lokomotif uap yang dikemas dalam bentuk museum sebagai daya tarik wisata di Jawa Tengah.
Stasiun ini dipilih sebagai museum kereta api karena Ambarawa memiliki latar belakang historis yang kuat dalam perjuangan kemerdekaan yaitu Pertempuran Ambarawa. Selain itu, di stasiun berusia 1,5 abad ini masih menyimpan sejumlah teknologi kuno yang masih layak dioperasikan.
Koleksi Halte Era Kolonial
Usai eksplorasi stasiun, kamu harus memperluas eksplorasimu ke arah barat. Ternyata ada koleksi yang unik, yaitu koleksi halte.
Saya kira, di Museum KA Ambarawa ini hanya memiliki koleksi lokomotif, gerbong, dan lainnya. Eh ternyata, koleksi halte juga! Tapi ini bukan halte bus ya, melainkan halte kereta api.
Halte ini adalah tempat pemberhentian kereta api zaman dulu. Kalau sekarang, kita menyebutnya sebagai stasiun kecil.
Tapi halte zaman dulu itu unik banget. Ukurannya kecil dan terbuat dari kayu. Hanya berisi loket dan tempat berteduh/menunggu.
Uniknya, halte-hal yang didatangkan ke museum ini adalah halte dari berbagai daerah. Mulai dari Halte Kalisamin (Sukoharjo), Halte Kepuh (Wonogiri), Halte Tekaran (Wonogiri), dan masih banyak yang lain.
Dipindah se-rangka-nya, lalu diletakkan di atas tanah Ambarawa ini. Tidak dilakukan pemugaran, hanya perawatan. Jadi kita bisa merasakan sensasi menunggu kereta api di halte kecil pada zaman Belanda.
Napak Tilas dengan Menaiki Kereta Wisata yang Jadul Banget
Museum KA Ambarawa tidak hanya memberikan pengalaman visual, melainkan juga mengajak para wisatawan untuk merasakan suasana perjalanan di masa lampau. Salah satu pengalaman yang nggak boleh kamu lewatkan adalah menaiki Kereta Wisata.
Kereta Wisata ini cukup eksklusif, hanya tersedia saat hari Sabtu dan Minggu serta hari libur. Adapun dalam 1 hari, hanya menyediakan 3 jadwal perjalanan dengan rute yang sama, yakni pada pukul 10.00, pukul 11.30, dan pukul 13.00.
Itu pun terbatas dan berebut loh! Dalam sekali perjalanan, hanya mengangkut 116 orang. Jadi kalau kamu ke sini, jangan lewatkan kesempatan untuk naik kereta wisata di Museum KA Ambarawa.
Kereta yang digunakan adalah kereta dengan Lokomotif Diesel Vintage dan 3 gerbong kayu. Dibuat pada tahun 1962 yang masing-masing gerbong memuat 58 penumpang.
Saya terkesima saat duduk di dalam kereta. Tempat duduknya kecil nan imut, terbuat dari kayu. Jendelanya juga terbuat dari kayu yang tidak ada kacanya. Rak bagasinya juga unik karena masih terdapat ukiran khas zaman dulu.
Perjalanan menuju Stasiun Tuntang membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Tapi tenang saja, kamu enggak akan bosan karena pemandangannya sangat indah.
Selain melewati jalur persawahan yang hijau dan langit biru yang cerah, terdapat sajian utama yakni keindahan Danau Rawa Pening.
Tak hanya danaunya yang indah, melainkan aktivitas para warga juga menarik untuk disimak. Mulai dari naik perahu, memancing ikan, hingga kulineran di warung tepi danau.
Yang lebih menakjubkan lagi adalah keindahan Danau Rawa Pening ini dilatarbelakangi oleh deretan pegunungan yang memukau, seperti Gunung Telomoyo, Gunung Merbabu, dan Gunung Kelir.
Suami menerbangkan drone untuk menangkap keindahan alam |
Sambil menikmati semilir angin yang sepoi-sepoi, pasti kamu tidak akan melewatkan kesempatan untuk mengambil foto dan video guna mengabadikan panorama keindahan ciptaan Tuhan.
Selama perjalanan, para wisatawan ditemani oleh seorang tour guide yang berpenampilan ala meneer Belanda. Berpakaian serba putih dengan topi putih khas Tuan Belanda.
sumber gambar: https://www.youtube.com/watch?v=NfbHq88XeDk |
Tour guide yang ramah ini menceritakan sejarah kereta wisata yang sedang dinaiki. Pembawaannya happy banget dan suka melempar pantun loh! Jadi perjalanan ini terasa nyaman dan tidak membosankan.
Hingga akhirnya, 30 menit kemudian tibalah kami di Stasiun Tuntang. Ini adalah stasiun terdekat dari Stasiun Ambarawa yang terletak pada daerah perbatasan antara Salatiga dan Kabupaten Semarang.
Wisatawan hanya diberi waktu 10 menit untuk singgah di sini. Boleh ke toilet, atau eksplorasi stasiun ke bagian dalam hingga bagian depan. Coba deh, cek ke bagian depan stasiun, maka kamu akan mendapati bentuk loket yang sangat unik.
Stasiun berarsitektur Belanda ini sudah tidak beroperasi lagi. Hanya digunakan sebagai tempat singgah perjalanan kereta wisata.
sumber gambar: https://heritage.kai.id/page/Stasiun%20Tuntang |
Usai puas di Stasiun Tuntang, kami melanjutkan perjalanan pulang ke Stasiun Ambarawa dengan melalui rute yang sama.
Btw, saya juga merangkum perjalanan kami naik kereta wisata di Museum KA Ambarawa dalam bentuk video. Selamat menyaksikan!
5 Aktivitas Seru di Museum KA Ambarawa
Selain naik kereta wisata dan eksplorasi museum, ada sejumlah aktivitas seru yang bisa kamu lakukan. Jadi di museum ini kamu enggak bakalan mati gaya harus ngapain aja.
1. Ruang Audio Visual
Di seberang stasiun, terdapat ruang audio visual sekaligus pameran interaktif yang wajib kamu kunjungi. Masuknya gratis, kok! Di dalamnya terdapat sejumlah kursi yang nyaman untuk diduduki guna menyaksikan video perjalanan sejarah perkeretaapian Indonesia.
Tak hanya itu, di sisi lain ruangan tersebut terdapat koleksi seragam masinis yang lengkap dengan atributnya, serta miniatur lokomotif dengan berbagai jenis.
Jadi museum KA Ambarawa ini cocok dimanfaatkan sebagai tempat belajar yang baik dan nyata untuk mempelajari bagian dari kisah perjuangan Republik Indonesia.
2. Perpustakaan dalam Gerbong Kereta
Tidak semua kereta boleh dinaiki dan dimasuki gerbongnya. Tapi ada satu kereta khusus yang gerbongnya bisa kita eksplorasi. Gerbong kereta yang satu ini telah disulap menjadi perpustakaan atau tempat baca.
kereta perpustakaan |
Ada banyak buku bacaan yang dijadikan koleksi. Mulai dari buku perkeretaapian, sejarah Indonesia, hingga novel. Tempatnya cozy kok! Kamu nggak bakalan mati gaya kalau main ke sini seharian.
3. Naik Kereta Mainan
Tempata ini juga ramah anak loh! Kalau kamu pengen eksplorasi museum tapi pengen si kecil duduk tenang, ajak saja dia naik kereta mainan. Namanya Cho-Cho Train.
Kereta kecil khusus anak seperti yang ada di mall-mall itu loh. Biayanya Rp 10.000/anak. Si kecil akan diajak keliling wilayah museum KA dengan diiringi lagu anak-anak yang ceria.
4. Nyamil Enak
Sambil menunggu si kecil naik kereta mainan, kamu bisa nyemil-nyemil cantik sambil duduk di bawah pohon rindang. Terdapat mini sentra kuliner yang menjajakan makanan enak.
Mulai dari cilok, dimsum, tahu walik, teh tarik, kopi, es teh, dan lainnya. Kamu bisa menikmatinya sambil duduk menikmati pemandangan ala era kolonial dengan nuansa yang syahdu.
5. Live Music
Kamu juga bisa duduk-duduk bersantai di tepi stasiun sambil menikmati live music akustik. Kala saya datang, home band-nya menyanyikan lagu keroncong yang easy listening.
Kala mendengarkan lagunya, dijamin kamu akan terbang nostalgia ke masa lalu. Oh ya, boleh banget ya kalau mau memberi upah seikhlasnya untuk para pengisi lagu.
sumber gambar: https://www.youtube.com/watch?v=2ThsMrihsAY |
Kesimpulan
Nah, itulah pengalaman seru yang akan kamu rasakan ketika berkunjung ke Museum Kereta Api Ambarawa. Asyik banget, bukan?
Kalau saya boleh beri saran, jangan cuma 2-3 jam aja di sana, melainkan lebih baik luangkan waktu seharian dan eksplorasi semuanya.
Semua fasilitas juga lengkap kok! Mulai dari resepsionis untuk bertanya, toilet, musholla, sentra kuliner, dan ada banyak tempat untuk kamu duduk atau bersantai.
Museum Kereta Api Ambarawa ini adalah tempat yang pas sebagai wisata keluarga. Melalui koleksi yang luar biasa, perjalanan dengan kereta wisata, dan pengalaman interaktif yang menarik, museum ini membawa kami pada sebuah petualangan tak terlupakan.
Dalam kesederhanaannya, Museum Kereta Api Ambarawa menghadirkan kekayaan sejarah dan kejayaan perjalanan kereta api di Tanah Jawa.
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Lomba Blog Pesona Wisata Kabupaten Semarang
Posting Komentar
Posting Komentar