Sunan Gunung jati merupakan sosok penting dalam membangun peradaban Cirebon. Kiprahnya dalam menyebarkan Islam dan membangun peradaban Cirebon tidak perlu diragukan lagi.
Dalam perjalanannya, perkembangan Cirebon tidak pernah lepas dari peran etnis Tionghoa, Arab, dan India. Termasuk kisah cinta Sunan Gunung Jati dengan putri kerajaan Cina Ong Tien.
Perjalanannya cukup panjang, tapi usia pernikahan mereka baru empat tahun. Sejarah Gunung Semar Cirebon dalam pertemuan Sunan Gunung Jati dan Putri Ong Tien adalah dari pertemuan kerajaan besar ayah sang putri, sang wangsakerta.
Sosok Putri Ong Tien adalah seorang wanita cantik, siapapun yang melihatnya pasti langsung jatuh hati, termasuk Sunan Gunung Jati sendiri.
Singkat cerita, ayah Putri Ong Tien sengaja ingin menguji Sunan Gunung Jati dengan memastikan apakah anaknya hamil atau tidak. Meskipun sang ayah membuat penampilan anaknya seolah-olah sedang hamil, perutnya disangga seperti mangkuk.
sumber gambar: https://jejakpiknik.com/gunung-di-cirebon/ |
Sunan Gunung Jati pun menjawab bahwa dirinya sedang hamil dan tiba-tiba suasana riuh seolah mengejek Kanjeng Sunan. Beberapa waktu kemudian, memang benar Ong Tien hamil dari sana, kisah perjalanan cinta mereka terbangun.
Atas izin ayahnya, Putri Ong Tien mengikuti Sunan Gunung Jati ke Cirebon. Dikawal oleh ribuan pengawal kerajaan dari Dinasti Ming. Pertemuan dengan Sunan Gunung Jati pun tak terhindarkan. Mereka berdua akhirnya menikah, tetapi sampai Putri Ong Tien meninggal mereka tidak dikaruniai anak.
Kisah Cinta Sunan Gunung Jati Dengan Puteri Ong Tien
Sebenarnya diberkati tetapi putranya meninggal ketika dia masih muda. Namun dari situlah Sunan Gunung Jati semakin cinta dan sayang kepada Putri Ong Tien dan sebaliknya. Perasaan cinta Sunan Gunung Jati dan Putri Ong Tien tidak bisa dipisahkan oleh waktu.
Ketika Putri Ong Tien berduka karena kehilangan anaknya saat masih bayi, Sunan Gunung Semar terus berusaha menghiburnya.
Sunan Gunung Jati akhirnya melahirkan seorang bayi dengan Ong Tien. Bayi tersebut adalah Pangeran Kemuning putra Ki Gedeng Luragung. Karena kecintaannya pada Ong Tien, ia dipanggil Ratu Rara Sumanding, artinya ratu yang selalu berdampingan meski orang itu sudah tiada, katanya.
Cinta Sunan Gunung Jati Cirebon pada Putri Ong Tien membuat apapun permintaan ratu dikabulkan. Bahkan konon di kawasan kompleks Pemakaman Sunan Gunung Jati terdapat puisi cinta yang ditulis dengan keramik untuknya.
Namun, belum bisa membeberkan apa isi puisi cinta Sunan Gunung Jati kepada Putri Ong Tien itu. Saya sendiri belum pernah melihat isi syair tersebut, namun kata warga di kawasan kompleks makam Syair Sunan Gunung semar.
Ditulis di atas piring keramik berbentuk dan puisi cinta ini konon sudah menjadi legenda di masyarakat sekitar kompleks pemakaman. Saat Putri Ong Tien meninggal, Sunan Gunung Jati seolah kehilangan orang yang dicintainya. Bahkan, Sunan Gunung Jati selalu merasakan kerinduan yang mendalam sejak istrinya meninggal.
Pengaruh Tiongkok
Cinta Sunan Gunung Jati kepada Putri Ong Tien terlihat dari cara dia menghargai warisan istrinya. Berbagai peninggalan yang dibawa istrinya masih tersimpan rapi di salah satu bangunan di kompleks pemakaman Sunan Gunung Semar.
Karena kecintaannya pada tempat Sunan Gunung semar berdakwah hingga mengaji, makam Putri Ong Tien selalu terlihat dan tidak jauh dari tempat Sunan Gunung Jati berdakwah.
Keramik dan barang milik Putri Ong Tin ini tersimpan rapi. Saya pernah melihatnya bahkan membawa peneliti untuk memastikan keasliannya.
Dikatakannya, dulu kompleks pemakaman Sunan Gunung semar adalah sebuah pondok pesantren. Di kompleks itu, Sunan Gunung jati tinggal, berdakwah, dan mengajar mengaji.
Hingga keduanya meninggal dan bertambah seiring berjalannya waktu, pesantren yang didirikan oleh Sunan Gunung jati menjadi kompleks pemakaman.
Posisi makam Sunan Gunung jati tidak jauh dari makam Putri Ong Tien. Tempat mengaji dan tempat tidur Sunan Gunung semar sekarang menjadi makam dan di sebelahnya ada makam Putri Ong Tien, katanya.
Akulturasi budaya di Cirebon telah melekat pada masyarakat Tionghoa. Apalagi dalam perkembangannya, Sunan Gunung jati pada tahun 1540 M menikah dengan Putri Ong Tien. Dijelaskannya, peran Putri Ong Tien dalam pembangunan Cirebon sangat besar.
Sepulangnya dari Tiongkok, Kerajaan Tiongkok menyetujui pernikahan Sunan Gunung jati dengan Putri Ong Tien.
Sejak itu, perkembangan Cirebon cukup pesat, terutama dalam hal pengaruh dan akulturasi budaya. Ia mengatakan, dalam dunia arsitektur, ruang interior di Cirebon selalu lekat dengan gaya arsitek Cina.
Sebagian besar warisan budaya di Cirebon berasal dari Tiongkok. Untuk Arsitek bangunan di Cirebon ini dipengaruhi oleh China, coba perhatikan keraton di setiap dindingnya, pasti ada plat yang dipasang dan plat tersebut dibawa oleh rombongan Putri Ong Tien saat bertemu dengan Sunan Gunung Jati.
Makna Nama Semar
Nama Semar konon berasal dari bahasa Arab yang aslinya Ismar dalam pengucapan dialek Jawa menjadi Semar. Ismar artinya paku yang berfungsi sebagai penguat. Semar juga dijuluki Badranaya.
Badra berarti bulan, naya berarti wajah atau nayantaka, sedangkan taka berarti pucat. Hal ini menunjukkan bahwa Semar memiliki karakter seperti bulan dengan wajah pucat. Artinya, Semar tidak menuruti hawa nafsu.
Asal usul Semar juga terkait dengan simbol visualnya. Bentuk wayang semar yang bulat melambangkan tekad untuk mengabdi pada kebaikan dan kebenaran. Jari kirinya selalu menunjuk, artinya dia memberi arah yang benar.
Tangan kanannya menggenggam, artinya kebaikan itu subjektif. Matanya setengah tertutup dan mendongak yang diartikan sebagai sosok idealis.
Dalam buku Kisah Alur Wayang Kulit Purwa Cirebon, mata sipit Semar menggambarkan seseorang yang selalu berdzikir kepada Allah. Dagu dan mulutnya diikat dengan rantai di kakinya yang berarti bahwa semua ucapan manusia harus selaras dengan perilaku sehari-hari.
Semar juga memakai Kuncung Kencana Sari yang berasal dari kata kun dan muncul yaitu kunfayakun. Dengan gambaran tersebut, asal muasal Semar masih menjadi misteri sekaligus simbol kesempurnaan hidup.
Perspektif Spiritual
Semar digambarkan sebagai sosok yang sabar, penyayang, penjaga kebaikan, penjaga kebenaran, dan menjauhi perbuatan buruk. Dari segi spiritual, ia memiliki karakter yang sederhana, tenang, rendah hati, tulus, tidak munafik, tidak mudah terkejut, tidak mudah terkejut, serta memiliki ketajaman batin dan kejeniusan.
Guru Besar Antropologi Sastra Universitas Negeri Yogyakarta, Suwardi Endraswara, mengatakan dalam khazanah spiritual Jawa, Semar merupakan simbol samar seorang guru sesemar. Semar dapat menjadi personifikasi dari sifat guru sesemar yang sejalan dengan konsep manunggaling kawula gusti.
Itulah sebabnya Semar dan tokoh Punakawan lainnya diceritakan sebagai penjaga para ksatria seperti dalam cerita Mahabharata dan Ramayana. Guru sesemar dalam konteks ini adalah mengendalikan seseorang untuk tetap berada di jalan yang benar.
Kesimpulan
Demikian ulasan tentang Sejarah Gunung Semar Cirebon, Tempat Bertemunya Sunan Gunung Jati Dengan Puteri Ong Tien yang di lansir dari Media Cirebon, semoga bermanfaat.
Posting Komentar
Posting Komentar