Konten [Tampil]
Lakukan selagi bisa. Frasa itu sepertinya cocok untuk saya. Yah, saya
telah menyia-nyiakan kesempatan menjelajah Yogyakarta selagi saya masih
merantau di sana dulu. Sekarang saya tidak lagi berdomisili di sana dan rasanya
cukup kerepotan untuk menjelajah Jogja lagi karena faktor jarak.
Foto Malam di Wisata Pinus Pengger, Bantul |
Meski
demikian, pekerjaan yang masih bersinggungan dengan dunia wisata menjadikan
saya masih sempat untuk beberapa kali menjelajah berbagai tempat sekitar, termasuk
Yogyakarta terutama di akhir pekan. Penjelajahan kembali saya lakukan pada Hari
Sabtu, 24 Desember 2018 silam.
Pada malam natal itu,
saya mengunjungi tempat yang sebelumnya belum pernah saya kunjungi di Yogyakarta.
Awalnya saya bingung harus memilih yang mana, tetapi akhirnya saya memutuskan untuk
berkunjung ke Pinus Pengger. Obyek wisata ini berada satu deretan dengan PINUS BECICI yang dulu pernah saya datangi.
Menuju Pinus Pengger
Pinus
Pengger tepatnya berada di Desa Terong, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul,
Yogyakarta. Rute tempuh termudah adalah melalui jalan utama
Yogyakarta-Gunungkidul yang melewati Bukit Bintang. Nantinya usai Bukit
Bintang, ambil arah ke Dlingo.
Jika mengginakan Google
Maps dari Kota Yogyakarta, ada kemungkinan rute akan dilewatkan melalui
Imogiri-Dlingo. Sebenarnya jalan ini bisa dilewati, tetapi satu hal yang harus
diwaspadai adalah rute ini akan melewati tanjakan terjal yang berkelok, yakni
Tikungan Cinomati.
Menuju Pinus Pengger
Tikungan
Cinomati berada di antara Kecamatan Pleret dan Dlingo. Jalan ini cukup terkenal
bagi masyarakat Yogyakarta karena tanjakannya yang cukup terjal. Tidak jarang
kendaraan tidak kuat menanjak. Biasanya saat hari libur ada banyak petugas jaga
untuk mengantisipasi kecelakaan ketika ada kendaraan yang tidak kuat menanjak.
Karena saya berangkat
dari Kota Surakata, saya pun melewati rute pertama. Saat itu hari sudah sore.
Saya memutuskan untuk langsung ke Pinus Pengger saja untuk mengambil foto ketika
masih terang sekalian. Tak lama kemudian saya sampai di Pinus Pengger. Ternyata
jalan menuju parkiran cukup macet, mungkin karena long weekend.
Hutan Pinus dengan Spot Instagramable
Harga
tiket masuk Pinus Pengger hanyalah Rp 3.500,00 saja. Sebelum menjadi kawasan
wisata Pinus Pengger hanyalah hutan pinus semata. Kawasan ini mulai
dikembangkan sebagai obyek wisata sekitar tahun 2015-2016 ketika media sosial
seperti Instagram semakin marak digunakan.
Usai membayar tiket,
saya langsung berjalan masuk dan mencari obyek untuk difoto. Biasanya mereka yang
datang di siang hari gemar berfoto dengan latar belakang hutan pinus. Menjepret
dedaunan di atas pohon pinus juga akan menghasilkan foto yang bagus. Biasanya
pengunjung akan terpana jika belum pernah berkunjung ke hutan pinus sebelumnya.
Spot Foto di Pinus Pengger |
Tak
hanya menyajikan keasrian dan kesejukan alami hutan pinus. Pengelola Pinus
Pengger dari masyarakat setempat telah menambahkan beberapa spot foto menarik
yang cocok untuk diunggah ke media sosial. Di tengah hutan, ada dua ornamen berbentuk
semacam gerbang.
Sementara
itu spot foto lainnya ada di sisi barat hutan pinus yang ada di tiga titik,
mulai dari paling selatan, tengah, dan utara. Spot foto paling selatan berbentuk
seperti tangan raksasa dari kayu. Spot foto bagian tengah berbentuk seperti
rumah gubug yang berbentuk unik, sementara paling utara berbentuk seperti jembatan.
Spot Foto Jembatan di Pinus Pengger |
Pengunjung bisa bebas berfoto di semua spot yang ada. Namun jika
kunjungan wisata sedang banyak, mereka harus mengantre sampai gilirannya. Jika
cuaca cerah, indahnya matahari terbenam bisa disaksikan dari spot foto sebelah
barat. Akan tetapi saat itu cuaca cukup berawan sehingga matahari terbenam
tidak terlihat.
Pesona Malam Hari
Usai
puas memotret Pinus Pengger, saya tidak langsung pergi. Hal itu karena spot-spot
foto di Pinus Pengger akan semakin bagus pada malam hari. Saya pun dengan sabar
menanti malam, meski membosankan karena hanya sendirian. Untunglah ada stok
film di smartphone yang bisa saya
tonton sampai malam.
Akhirnya maghrib pun
tiba. Sebelum mulai berburu foto malam, saya shalat maghrib dahulu di mushalla
yang sudah disediakan pengelola. Usai shalat, saya kembali ke spot-spot foto di
Pinus Pengger. Pertama saya menuju spot foto di dalam hutan yang ternyata telah
diset oleh pengelola sehingga juga cocok untuk foto malam.
Spot Foto Malam di Pinus Pengger |
Selain
menambahkan lampu, pengelola juga telah menyediakan jasa foto sehingga
pengunjung tinggal berpose sesuka hatinya saja. Nantinya harga per foto yang
dibawa pulang hanyalah Rp2.500,00 saja. Jika ingin memotret sendiri, kamera
yang mumpuni untuk foto malam dan tripod wajib dibawa.
Setelah memotret di
spot foto dalam hutan pinus, saya segera menuju spot foto di sisi barat. Spot foto
pertama yang saya kunjungi adalah jembatan. Saat saya sampai di sana, ternyata
sudah ada banyak pengunjung yang antre untuk difoto. Pengelola juga telah
menyediakan jasa foto di spot ini dengan mekanisme yang sama.
Ngefoto Eneng-eneng di Spot Jembatan Pinus Pengger |
Namun
karena antre, pengunjung harus mengambil nomor antrean. Selanjutnya fotografer
akan memanggil nomor. Pengunjung yang nomornya dipanggil, maka saat itu adalah
gilirannya. Selanjutnya mereka bisa berpose dan dijepret sebanyak mungkin,
nantinya biaya tinggal menyesuaikan dengan berapa foto yang dibawa pulang.
Saya memosisikan diri
di samping fotografer untuk ikut memotret. Sesekali saya melihat ke layar LCD
kamera fotografer untuk mengetahui shutter
speed, appeture, dan ISO yang digunakan. Saya pun menyamakan pengaturan
kamera dengan milik mereka. Syukur Alhamdulillah
saya pun berhasil mendapatkan gambar-gambar bagus di spot jembatan ini.
Spot Gubug dan Tangan Raksasa
Selanjutnya
saya berpindah ke spot foto kedua berbetuk seperti gubug kecil yang berada di
tengah. Pengunjung biasanya memosisikan diri dengan duduk di ruangan yang dibuat
di dalam gubug itu. Sama seperti spot foto sebelumnya, ada pula jasa fotografer
yang disediakan oleh pengelola.
Sistemnya pun sama,
yakni pengunjung yang ingin berfoto harus mengantre sesuai nomor antrean. Saya
pun kembali memosisikan diri di samping fotografer dan memotret bersamaan
ketika fotografer menekan tombol shutter-nya.
Ketemu Eneng-eneng yang Sama Lagi (Sumpah, udu barenganku) |
Di
spot gubug ini, hasil foto akan mengombinasikan keunikan bentuk gubug dengan
gemerlap cahaya Kota Yogyakarta sebagai latar belakangnya. Tentu keunikan dengan
latar belakang keindahan itu menjadikan banyak orang yang ingin berfoto di spot
gubug ini.
Setelah saya rasa
cukup untuk menjepret di spot gubug. Saya berpindah ke spot terakhir paling
selatan, yakni tangan raksasa. Apa yang saya lakukan dan mekanisme berfoto
tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Namun pengunjung yang ingin berfoto lebih
banyak dari dua spot sebelumnya.
Spot Tangan Raksasa di Pinus Pengger |
Hal
itu wajar karena uniknya ornamen tangan raksasa yang berpadu dengan gemerlap
cahaya lampu Yogyakarta. Pengunjung pun lebih bebas berpose di spot tangan
raksasa ini. Bisa dibilang spot ini merupakan tempat berfoto favorit mereka
yang datang bersama kekasihnya karena.
Biasanya
para sejoli berfoto dengan pose bergandengan tangan atau seperti melamar. Tentu
mereka yang berpose mesra seperti itu harus tidak punya malu jika disoraki oleh
pengunjung lain yang menunggu antrean. Bagi yang tidak bersama atau belum punya
pasangan, harap bersabar seperti yang saya rasakan.
Sejoli Berfoto di Spot Tangan Raksasa Pinus Pengger |
Usai
memotret di spot tangan raksasa, penjeajahan saya di Pinus Pengger pun
berakhir. Selanjutnya saya tidak langsung pulang, melainkan melanjutkan
perjalanan ke obyek wisata hutan pinus lainnya karena masih belum terlalu
malam.
Informasi Pinus Pengger
Jam buka
08.00 WIB - 24.00 WIB
Harga tiket masuk
Rp3.500,00
Tarif foto:
Rp2.500,00 per foto yang dibawa pulang
Tarif foto:
Rp2.500,00 per foto yang dibawa pulang
Tarif parkir
Rp2.000,00 (sepeda motor)
Fasilitas
Area parkir (motor-bus), mushalla, warung makan,
toilet, jasa foto
Waktu kunjungan terbaik
Sore-malam hari waktu
tidak hujan
37 komentar
Sampai antri segitunya ya, kalau saya nyerah deh.
Aku ke jogja mentok cuma muter2 malioboro haha..
Namun bila dilihat malam hari Pinus Pengger wooww! begitu fantastis dan indah nuansanya..😄😄
Tapi kan murah per file-nya..
Oleh karena itu jadi daya tarik tambahan buat wisatawan..
Jangan lupa kostum Halloween-nya.. hoho
jadinya yah pas hari minggu itu sha berangkat ke pantai yang di rekomendasiin tapi berangkatnya agak siangan. Dan tanggal 17 itu hujan di tengah jalan. Sha gak bisa balik ke kota karena banjir dimana-mana ga bisa lewat. Pertama kalinya ke jogja dapet banjir dan bingung di jalan yang entah dimana. Padahal tadinya mu ngajakin meet up aja pas balik k kota :)
keluar parangtritis habis magrib, naik imogiri jalanan gelap banget, sampai di pinus dlingo, aku udah mulai ragu buat lanjut. ini temenku masih mau nekat aja. sampai kita putusin mampir di warung kawasan pinus dlingo sekalian nanya2.
bapak2nya bilang, masih jauh dan akupun mengamini buat balik, apalagi udah jam 8 malam. akhirnya sampe sekarang belum nyoba kesana lagi
itu wisata malem2 apa ga serem ya? haha..
-Traveler Paruh Waktu
Besok kalau ke Jogja main ke sini mbak.. hehe
Besok lain kali sempetin ke sini mbak.. hehe
Enggak ms kalau di Pengger.. Rame sampai malam...
Viewnya ttp ada yang beda dari satu tempat dan tempat lain.. Suasananya juga beda hlo..
Betul.. Banyak yang antre foto
sakjane ndek Jember iso seh digae koyok ngene. tapi koyoke durung nemu panggon sing pas banget. mangkane durung onok
Posting Komentar