Konten [Tampil]
Penampilan Kubro Siswo pada Dieng Culture Festival 2019 |
Wajar saja, semalam saya baru sampai kembali di Kota
Wonosobo, tempat saya menginap di rumah teman sekitar tengah malam. Paginya, saya
harus bangun pagi untuk kembali ke Negeri di Atas Awan guna menghadiri gelaran
yang sama pada hari ke-2.
Wonosobo-Dieng
Pada hari ke-2 penyelenggaraan DCF 2019, akan ada beberapa acara seperti pentas seni, hingga acara puncak yakni Senandung Negeri di Atas Awan yang akan dimeriahkan dengan penerbangan lampion.
Kecelakaan..!
Akan tetapi, perjalanan saya menuju Dieng kali ini sempat tertunda. Saat melintasi jalan utama Wonosobo-Dieng, kondisi lalu-lintas mendadak macet. Awalnya, saya mengira kemacetan terjadi karena meningkatnya arus kendaraan menuju venue DCF 2019.Namun, ternyata kemacetan disebabkan karena terjadi kecelakaan yang melibatkan bus pariwisata dan minibus. Saya tidak menjadi saksi mata terjadinya kecelakaan karena kondisi bus sudah ringsek saat saya melintas.
Kecelakaan bus di jalan Wonosobo-Dieng |
Akibatnya, bus tidak dapat menghindari tabrakan. Tampak minibus yang mengalami kerusakan lebih parah. Jalan Wonosobo-Dieng memang cukup sempit dan menanjak sehingga perlu kehati-hatian saat melintasinya.
Kesenian Kubro Siswo
Saya pun akhirnya tiba di Dieng pada siang hari. Berbeda dengan hari sebelumnya. Sabtu siang itu kawasan Dieng mulai dipadati pengunjung. Makin sore, keadaan makin padat dan ramai oleh pengunjung yang berdatangan.Tak hanya mereka yang berasal dari daerah jauh seperti Jakarta. Tampak pula pengunjung yang datang dari daerah-daerah sekitar seperti Kota Banjarnegara, Magelang, atau Wonosobo sehingga makin menjadikan ramai kawasan Dieng.
Saya baru kembali mengikuti acara pada sore
hari. Agenda acara pada sore itu adalah pertunjukan seni khas Dieng. Salah satu
kesenian yang ditampilkan bernama Kubro Siswo.
Pengiring Kesenian Kubro Siswo dengan gamelan tradisional minimalis |
Sekilas, Kubro Siswo mirip pertunjukan jathilan. Pertunjukan
menampilkan sekelompok pendari yang didandani berbagai macam.
Ada penari yang dirias menyerupai buta atau raksasa, ada pula yang memakai kostum kerbau, leak, dan rangda. Penari diiringi musik gamelan tradisional dan angklung.
Ada penari yang dirias menyerupai buta atau raksasa, ada pula yang memakai kostum kerbau, leak, dan rangda. Penari diiringi musik gamelan tradisional dan angklung.
Penampil pada Kesenian Kubro Siswo |
Awalnya, pertunjukan berjalan biasa saja seperti
tarian pada umumnya. Namun, keseruan Kubro Siswo ternyata baru akan dimulai.
Tarian hingga iringan musik tradisional itu ternyata merupakan bagian dari ritual untuk mengundang makhluk tak kasat mata yang kemudian merasuki para penari.
Tarian hingga iringan musik tradisional itu ternyata merupakan bagian dari ritual untuk mengundang makhluk tak kasat mata yang kemudian merasuki para penari.
Peserta Kubro Siswo yang kerasukan dan bertingkah seperti macan |
Saat kesurupan, penari akan pingsan sejenak. Ia lalu
bangun dan bertingkah aneh, salah satunya seperti seekor harimau. Mereka
kemudian diberi sesaji seperti air kelapa atau bunga tujuh rupa.
Penari yang kesurupan lalu akan menari mengikuti alunan gamelan. Gerakan mereka akan berbeda dengan penari lain yang tidak kesurupan.
Penari yang kesurupan lalu akan menari mengikuti alunan gamelan. Gerakan mereka akan berbeda dengan penari lain yang tidak kesurupan.
Kesurupan..!
Keseruan Kubro Siswo ternyata tak hanya dari penampil saja. Saat pementasan tengah berlangsung, beberapa penonton di sekitar panggung pun bisa ikut kesurupan.Penonton Kesenian Kubro Siswo yang ikut kerasukan |
Tentu fenomena itu membuat penonton lain menjadi
takut dan khawatir, jika tiba-tiba dirinya yang kesurupan. Saya pun merasakan
hal yang sama sehingga berusaha semaksimal mungkin agar tidak melamun.
Penonton yang kesurupan kemudian langsung ditangani anggota tim kesenian. Sama seperti lainnya, mereka juga akan diberi sesaji seperti air kembang atau kelapa dan ikut menari bersama penari lainnya.
Penonton yang kesurupan kemudian langsung ditangani anggota tim kesenian. Sama seperti lainnya, mereka juga akan diberi sesaji seperti air kembang atau kelapa dan ikut menari bersama penari lainnya.
Pengiring Kesenian Kubro Siswo yang ikut kerasukan |
Saat penonton yang kesurupan jatuh pingsan, maka ia
akan dibawa ke sebuah tenda untuk dinetralkan atau dibersihkan.
Peserta Kubro Siswo yang kesurupan berusaha menyerang penonton |
Saya kembali bersiap, andai ada penari kesurupan
yang tiba-tiba menubruk kerumunan tempat saya berada. Saya yang semula duduk
bersila pun mulai duduk bersimpuh agar bisa segera lari andai sewaktu-waktu
penari lepas kendali.
Ketika pementasan berakhir, saya pun mendatangi salah satu peserta yang tadinya kesurupan. Tentu saja ia sudah dinetralkan sehingga seratus persen sadar. Saya bertanya seputar apa yang ia rasakan saat kesurupan.
Ketika pementasan berakhir, saya pun mendatangi salah satu peserta yang tadinya kesurupan. Tentu saja ia sudah dinetralkan sehingga seratus persen sadar. Saya bertanya seputar apa yang ia rasakan saat kesurupan.
Peserta kerasukan yang berhasil dikendalikan |
“Waduh, rasanya enggak karuan. Saya enggak sadar pas
kesurupan tadi itu bagaimana,” kata seorang penari bernama Wiyan.
Syukur Alhamdulillah, saya juga berkesempatan bertemu dengan ketua tim kesenian bernama Tirta Sura yang menampilkan Kubro Siswo bernama Sugiyo Ma’rifat dan menanyakan seputar kesenian ini.
Syukur Alhamdulillah, saya juga berkesempatan bertemu dengan ketua tim kesenian bernama Tirta Sura yang menampilkan Kubro Siswo bernama Sugiyo Ma’rifat dan menanyakan seputar kesenian ini.
Penonton Kesenian Kubro Siswo yang ikut kerasukan |
“Semua orang yang
hadir di pementasan bisa kesurupan, termasuk penonton. Namun, masyarakat
keturunan Dieng atau yang punya darah Dieng lebih besar kemungkinannya untuk
dirasuki,” kata pria yang akrab disapa Giyo itu.
Ia melanjutkan, saat pementasan tadi ada salah satu penonton dari Pekalongan yang kesurupan. Pada pementasan sebelumnya, pernah penonton yang kesurupan berasal dari Magelang.
Ia melanjutkan, saat pementasan tadi ada salah satu penonton dari Pekalongan yang kesurupan. Pada pementasan sebelumnya, pernah penonton yang kesurupan berasal dari Magelang.
Perjanjian dengan makhluk tak kasat mata
Ternyata kesenian Kubro Siswo memang memanggil
makhluk ghaib untuk datang. Mereka pun diminta untuk merasuki penari-penari
yang tampil.
Meski demikian, ada
perjanjian khusus. Makhluk ghaib harus sepakat kalau mereka hanya akan meminta
sesuatu atau sesaji yang ada di sekitar lokasi pementasan.
Peserta kerasukan yang diberi air kelapa |
“Saat orang mau kesurupan, ia akan menikmati sekali
alunan musiknya. Ia pun akan merasa terhipnotis dengan alunan musik gamelan
tradisional,” kata Pak Giyo.
Saat sedang berbincang, tiba-tiba ada seorang tim
penampil yang datang. Ia berkata jika ada beberapa peserta kerasukan yang hanya
bisa dinetralkan Pak Giyo.
Ketua tim kesenian
Tirta Sura itu pun langsung kembali ke venue
acara dan melakukan beragam tindakan untuk menetralkan peserta yang
kesurupan.
Pak Giyo berusaha menetralkan peserta Kubro Siswo yang kerasukan |
Salah seorang peserta yang kerasukan meminta untuk
dinyanyikan lagu Jawa dengan diiringi gamelan. Saat permintaannya dituruti,
maka ia pun segera sadar kembali.
Namun, ada salah satu peserta yang sampai harus
dicambuki agar bisa kembali netral. Pak Sugiyo pun dengan sekuat tenaga
mencambuki peserta yang kesurupan. Anehnya, orang yang dicambuki sama sekali
tidak merasakan sakit.
Usai dicambuki beberapa kali, peserta tersebut tidak lagi kesurupan dan kembali sadar. Memang, beberapa hal tidak bisa dinalar menggunakan akal sehat.
Usai dicambuki beberapa kali, peserta tersebut tidak lagi kesurupan dan kembali sadar. Memang, beberapa hal tidak bisa dinalar menggunakan akal sehat.
Proses penetralan peserta Kubro Siswo dengan dicambuk |
Menurut Pak Giyo, kesenian Kubro Siswo sebenarnya
berasal dari Magelang. Namun, kesenian tersebut berkembang dan menyesuaikan
dengan budaya yang ada di Dieng.
Kesenian Kubro Siswo di Dieng berhubungan dengan
Kaladete yang merupakan legenda setempat. Saat tampil, kesenian ini juga
menampilkan barongan yang merupakan budaya khas masyarakat Dieng.
Acara sore hari pun telah selesai. Gelaran Dieng
Culture Festival 2019 akan kembali berlanjut pada malam hari nanti……
8 komentar
-Traveler Paruh Waktu
Baru tau kalau ternyata Kubro Siswo semacam jatilan gitu. Kegiatan seperti itu sepertinya tiap kota ada ya, mungkin beda-beda namanya saja. Memang acara gini baiknya yang nonton jangan sampe melamun atau kosong. Biar gak ikut kesurupan.
Kalau awal Agustus, semoga kondisi sudah normal kembali.. Aamiin
Bisa jadi.. Tapi Kubro Siswo itu yang paling lama durasi pertunjukannya..
Posting Komentar