Konten [Tampil]
Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara |
(Solo-Dieng, Banjarnegara)
Negeri di Atas Awan ternyata hanya berjarak sekitar 154 kilometer dari domisili saya di Kota Surakarta. Jika ditempuh dengan motor, hanya butuh waktu sekitar empat jam. Tempat itu bernama Dieng yang ada di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Dieng Culture Festival 2019
Meski demikian, sebelumnya
saya belum pernah benar-benar berkunjung ke Dieng. Memang saya sudah pernah
penginjakkan di sana sebelumnya, tetapi hanya sebatas numpang lewat usai
menyelesaikan pendakian ke Gunung Prau.
Kali ini di tahun 2019, syukur Alhamdulillah saya akhirnya benar-benar
menjadikan Dieng sebagai tujuan. Semua itu berawal dari gelaran akbar tahunan
di sana, yakni Dieng Culture Festival (DCF) 2019 yang dimulai Jumat (2/8/2019).
Salah satu rangkaian acara DCF 2019 |
Usaha lobi-lobi saya dengan pihak/dinas terkait
agar bisa meliput acara tersebut ternyata berhasil. Jika harus membayar penuh
sekitar Rp300.000, jujur biaya sebesar itu memberatkan.
Belum lagi, saya masih harus memikirkan biaya
transportasi Solo-Dieng PP yang ditanggung secara pribadi. Bukan hanya
transportasi, masih ada pula tanggungan seputar penginapan, mengingat Dieng
pada saat itu sedang dingin-dinginnya.
Usaha dan upaya pun tidak mengkhianati hasil.
Tentu saya pun tidak lantas menjadikan upaya lobi tersebut untuk bisa mendapat free entry saja. Tugas peliputan DiengCulture Festival 2019 pun tetap saya lakukan sepenuh hati.
DCF 2019 Hari pertama: Kongkow Budaya
Jumat itu, Dieng yang dingin sudah mulai ramai.
Memang acara DCF selalu mampu menarik minat wisatawan dari seluruh penjuru
negeri. Beberapa jam usai penjualan tiket dibuka di Instagram, pasti akan ludes dalam sekejap.
Tak hanya tiket,
penginapan di Dieng pun juga akan penuh dipesan pengunjung DCF. Bahkan menurut
salah satu pemilik penginapan yang saya tanyai, penginapan miliknya sudah
dipesan setahun sebelum gelaran DCF 2019.
Acara Kongkow Budaya pada DCF 2019 |
Pembukaan acara dilakukan sekitar pukul 09.00 WIB
dengan salah satu rangkaian acara berjudul Aksi
Bersih Dieng. Peserta dan anak-anak sekolah di kawasan Dieng sangat
bersemangat membersihkan venue acara
berama-ramai.
“Aksi Bersih Dieng ini merupakan salah satu sarana
edukasi bagi para wisatawan dan masyarakat agar tetap menjaga kebersihan saat
berkunjung ke Dieng,” kata Ketua Dieng Culture Festival 2019 Alif Fauzi.
Anak-anak yang semangat melakukan Aksi Dieng Bersih |
Acara selanjutnya,
yakni Kongkow Budaya baru akan
digelar pada sore hari. Sembari menunggu sore, pengunjung bisa menyambangi
stan-stan kuliner dan kopi di sekitar Lapangan Arjuna.
Begitu sore tiba, tepatnya ba’da Ashar, acara Kongkow Budaya pun dimulai. Konsep
rangkaian acara itu adalah seperti Macapat
Syafaat yang dibawakan Emha Ainun Najib atau Cak Nun.
Kali ini di DCF 2019, acara Kongkow Budaya menghadirkan beberapa pembicara dari kiyai-kiyai
kondang setempat untuk memberi pencerahan seputar budaya dengan agama.
Mas Sabrang atau Noe Letto saat acara Kongkow Budaya DCF 2019 |
Hadir pula dalam
acara tersebut, Mas Sabrang Mowo Damar Panuluh atau yang dikenal Noe sebagai
vokalis group band Letto. Acara semakin menarik dengan diisi sajian musik khas
Gamelan Kiai Kanjeng.
Jazz Atas Awan
Malam hari pun akhirnya tiba di Dieng. Udara kian
dingin seiring langit yang mulai ditelan gelapnya malam. Jaket tebal pun
menjadi bawaan wajib bagi mereka yang datang ke Dieng saat itu.
Acara puncak pada gelaran DCF 2019 pun tiba, yakni Jazz Atas Awan. Hanya mereka yang
membeli tiket-lah yang bisa masuk ke area panggung. Mereka yang tidak punya
tiket hanya bisa menikmati acara dari kejauhan.
Perlahan tapi pasti,
ribuan orang mulai memadati venue Jazz
Atas Awan. Meski demikian, udara dingin tetap terasa begitu menggigit.
Ribuan orang yang berkerumum di lapangan seolah tak berpengaruh terhadap
dinginnya udara Dieng.
Jazz Atas Awan pada Dieng Culture Festival 2019 |
Namun, itulah senasi DCF yang tidak bisa didapatkan
di tempat lain. Jika biasanya menonton konser beramai-ramai akan gerah, maka
hal itu tidak berlaku bagi mereka yang menonton konser di Dieng.
Malam Jazz
Atas Awan semakin syahdu ketika penampil utamanya, yakni Pusakata eks
Payung Teduh membawakan lagu-lagunya yang sangat pas dilantunkan di tengah
dinginnya malam Dataran Tinggi Dieng.
Penonton pun seolah
tak kuasa untuk ikut bernyanyi saat sang vokalis membawakan lagu-lagu yang
familiar seperti Menuju Senja hingga
salah satu lagu legendaris berjudul Akad.
Penampilan Pusakata pada Jazz Atas Awan DCF 2019 |
Penampilan puncak Pusakata pun diakhiri dengan lagu
yang seakan menyatu dengan syahdunya malam DCF 2019, Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan.
Sang vokalis pun menjelaskan asal muasal terciptanya
lagu tersebut sebelum menyanyikannya. Untuk
Perempuan yang Sedang dalam Pelukan terinspirasi ketika ia melihat si buah
hati tertidur lelap dalam pelukan ibunya.
Meski malam itu ramai, ternyata pengunjung masih
bisa keluar venue dengan lancar.
Kemacetan pun tidak terjadi. Saya pun masih bisa berkendara menembus dinginnya
malam menuju Kota Wonosobo, tempat saya menginap.
Keesokan harinya, saya
sudah harus bangun pagi untuk kembali ke Dieng. Acara Dieng Culture Festival
2019, masih berlanjut…
11 komentar
Semeru kayaknya belum pernah ada festival segede ini
ketagihan ke dieng lagi kan? wkwkwk
2020 ayo dcf lagi
Tapi debune mesti sing dadi masalahe..
Untuk ritual rambut gimbal, nanti sy tulis juga ms di Part II..
walaupun udah dempet2an bareng ribuan orang lainnya, ternyata tetep dingin ya kalau di Dieng..
-Traveler Paruh Waktu
Iya, gak nyangka juga.. Sempet ngira paling bakal agak anget, ternyata enggak..
Posting Komentar