Konten [Tampil]
Ambarawa memang penuh dengan sejarah. Setelah
berkunjung ke FORT WILLEM I yang merupakan bangunan peninggalan Belanda, saya
melanjutkan perjalanan ke tempat bersejarah terkenal lainnya yang letaknya
tidak begitu jauh, yaitu Museum Kereta Api Ambarawa.
Koleksi Lokomotif Uap di Museum Kereta Api Ambarawa |
Menuju Museum Kereta Api
Ambarawa
Rute menuju Museum
Kereta Api Ambarawa tidaklah sulit karena tempat ini merupakan destinasi wisata
yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. Bahkan saat hari libur atau akhir
pekan banyak pengunjung dari berbagai daerah yang datang kemari menggunakan macam-macam
kendaraan mulai sepeda motor hingga bus besar.
Museum Kereta Api Ambarawa dari Salatiga
Sudah tersedia banyak plang penunjuk jalan
menuju Museum Kereta Api Ambarawa saat berada di kawasan Ambarawa. Perjalanan
pun tinggal mengikuti plang petunjuk jalan itu. Hanya membutuhkan waktu tempuh
sekitar 10 menit bagi saya untuk sampai ke sana dari Benteng Pendem Ambarawa.
Sejarah Stasiun Willem I
Museum Kereta Api
Ambarawa secara administratif terletak di Jalan Stasiun Nomor 1, Desa Lodoyong,
Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Museum ini sekilas terihat seperti
stasiun kereta api lainnya karena dulu pernah berfungsi sebagai stasiun kereta
api yang menghubungkan Yogyakarta dengan Semarang via Magelang.
Jalur Kereta Api Yogyakarta-Kedungjati (Semarang) |
Stasiun Ambarawa |
Stasiun Ambarawa mulai berhenti berfungsi
sebagai stasiun kereta api pada tahun 1976 saat dinonaktifkannya jalur kereta
api Yogyakarta-Semarang via Magelang. Penutupan itu selain dikarenakan faktor
bencana alam, juga karena perjalanan lebih cepat ditempuh dengan menggunakan
kendaraan bermotor.
Museum Kereta Api Ambarawa
Meski kereta tidak
ada lagi layanan kereta api jurusan Yogyakarta-Semarang via Magelang, tetapi
Stasiun Ambarawa tidaklah sepenuhnya ditutup. Stasiun Ambarawa pada tanggal 21
April 1978 dialihfungsikan sebagai cagar budaya yakni Museum Kereta Api
Ambarawa yang masih buka hingga sekarang.
Lini Masa Sejarah Perkeretaapian di Indonesia |
Usai membeli tiket seharga hanya Rp10.000,00 per
orang, perjalanan di museum akan dimulai dengan melewati sebuah lorong yang di
dindingnya tertempel informasi mengenai sejarah perkeretaapian di Indonesia.
Informasi yang disajikan cukup komplet, lengkap dengan gambarnya.
Sejarah Stasiun Ambarawa |
Terus berjalan, maka bagian museum selanjutnya
adalah bangunan utama Stasiun Ambarawa yang masih dijaga keaslian arsitekturnya
hingga sekarang. Tidak hanya arsitektur bangunannya saja yang dijaga, berbagai
perlengkapan penunjang perjalanan kereta api zaman dulu masih terjaga di sini.
Museum Kereta Api Ambarawa |
Berbagai perlengkapan itu antara lain mesin
cetak tanggal & tiket Edmonson, timbangan zaman dulu, dan Genta PJL, roda kereta api, dan
sinyal alkmaar yang dulu sering digunakan saat stasiun ini masih disibukkan
dengan aktivitas pelayanan perjalanan kereta api.
Mesin Cetak Tanggal dan Tiket Edmonson |
Timbangan Kuno |
Selain itu, ada banyak koleksi lokomotif uap
yang menjadi saksi bisu sejarah perkeretaapian di Indonesia.
Lokomotif-lokomotif yang terparkir rapi itu jelas merupakan obyek atau latar
belakang foto yang menarik bagi pengunjung.
Koleksi Lokomotif Uap |
Tidak ada tarif tambahan untuk berfoto dengan
lokomotif tua itu. Pengunjung juga bisa naik ke kabin masinis untuk sekadar
merasakan bagaimana menjadi masinis kereta api uap zaman dahulu. Namun
hendaknya tidak melakukan hal berlebihan seperti naik ke atas cerobong dan
melakukan vandalisme agar lokomotif tua itu tetap awet.
Sang Ular Besi Masih Belum
Mati
Matinya jalur kereta
api Yogyakarta-Semarang via Magelang tidak lantas membuat tidak adanya layanan
kereta api yang melintas di bekas Stasiun Ambarawa ini. Hingga kini masih ada
kereta api yang melintas di jalur rel Museum Kereta Api Ambarawa.
Kereta yang melintas bukanlah kereta antarkota
atau kereta transportasi seperti lainnya, melainkan kereta api wisata. Ada dua
pilihan kereta wisata yang beroperasi di museum ini, yaitu:
1. Kereta Uap Wisata
Tidak perlu menunggu
mesin waktu ada untuk merasakan pengalaman naik kereta uap seperti zaman dahulu
kala. Museum ini melayani mereka yang ingin berwisata sambil naik kereta uap
dengan tujuan Stasiun Ambarawa sampai Stasiun Bedono pulang-pergi.
Kereta Uap di Museum Kereta Api Ambarawa |
Namun jika ingin menikmati layanan ini,
pengunjung harus menyewanya dengan harga Rp3-15 juta untuk kapasitas 80 orang
dengan dua gerbong. Memang harganya mahal, tetapi wajar karena biaya perjalanan
dengan kayu bakar dan perawatan lokomotif uap memang tidak murah.
2. Kereta Lori Wisata
Layanan perjalanan
kereta api kali akan membawa pengunjung menempuh perjalanan dari Stasiun
Ambarawa sampai Stasiun Tuntang pulang-pergi. Nantinya perjalanan dengan kereta
api ini akan melewati jalur kereta api di tepi Rawa Pening sehingga
pemandangannya akan memesona.
Kereta Lori Jurusan Ambarawa-Tuntang PP |
Perjalanan dengan kereta lori ini cukup terjangkau,
yakni hanya Rp10.000,00 saja per orang. Namun kereta ini hanya beroperasi saat
hari libur atau akhir pekan dengan jadwal keberangkatan tiga kali sehari.
Antusias pangunjung
yang tinggi untuk menikmati perjalanan dengan kereta ini pun membuat tiket
lekas terjual habis. Bahkan saat masih pukul 10.00 WIB, tiket untuk semua
jadwal keberangkatan hari itu sudah habis terjual. Ada baiknya pembelian tiket
dilakukan sekitar pukul 08.00 WIB saat museum baru dibuka.
Info
Buka setiap
Senin-Minggu
Jam buka
08.00-17.00
Tarif masuk
Rp10.000,00 (dewasa)
Rp5.000,00 (anak-anak)
Tarif parkir
Rp2.000,00 (sepeda motor)
Tarif kereta
Rp3.000.000,00 – Rp15.000.000,00 (sewa kereta uap)
Rp10.000,00 (Ambarawa-Tuntang PP)
Rp50.000,00 (Kereta Wisata)
Fasilitas
Area parkir, toilet, mushalla, toko suvenir, koleksi
lokomotiv tua, layanan perjalanan wisata, pusat informasi, warung makan
Waktu kunjungan terbaik
Pagi hari sewaktu
baru buka ketika cuaca cerah
Posting Komentar
Posting Komentar