Konten [Tampil]
Postingan kali ini merupakan kelanjutan dari
perjalanan panjang saya travelling ke
Kabupaten Probolinggo pada liburan long weekend Imlek 2018. Setelah melakukan PENJELAJAHAN DI LAUTAN PASIR BROMO,
perjalanan saya masih belum berakhir. Waktu yang masih menunjukkan sekitar
pukul 13.00 WIB membuat masih ada banyak waktu untuk menjelajah sudut-sudut
Kabupaten Probolinggo ini.
Patung Gadjah Mada di Air Terjun Madakaripura |
Perjalanan
dengan penuh pertaruhan
Kunjungan saya ke Air
Terjun Madakaripura kali ini tidaklah sendirian. Saya masih ditemani oleh rekan
kerja bernama Ariska Anggraini A.K.A @Anggrek yang saat itu menjadi pemandu
saya. Statusnya sebagai Warlok (Warga Lokal) Probolinggo membuatnya memiliki
banyak informasi mengenai seputar Aur Terjun Madakaripura. Akan tetapi salah
satu informasi penting mengenai air terjun tersebut yang diberikannya sempat
membuat saya ragu untuk mengunjunginya.
Kenalan sama Ariska Anggraini A.K.A @Anggrek yang Sedang Mencari Suami |
Menurut penjelasan Anggrek, kunjungan ke Air
Terjun Madakaripura hanya dibatasi hingga pukul 16.00 WIB saat tidak hujan.
Namun jika hujan turun maka batas waktu kunjungan akan ditutup lebih awal.
Bahkan jika hujan turun dengan begitu lebat, bisa saja akses menuju air terjun
tersebut ditutup total karena rawan terjadi bencana seperti banjir atau tanah
longsor.
Penjelasan tersebutlah yang membuat saya ragu
untuk jadi atau tidak ke Air Terjun Madakaripura. Terlebih saat kami makan
siang, hujan turun dengan cukup deras sehingga semakin membuat saya khawatir.
Namun entah mengapa saya masih sangat ingin mengunjunginya meski risiko bencana
hidrometrologi masih cukup tinggi di musim hujan ini.
Menuju
Madakaripura
Saat hujan mulai reda,
kami memulai perjalanan ke Air Terjun Madakaripura dari tempat makan siang. Saya
cukup mengikuti plang penunjuk arah yang ada menuju air terjun tersebut.
Mengenai rute jalan saya tidak begitu khawatir karena Anggrek sudah tahu jalan untuk
sampai ke sana. Kondisi jalan yang kami tempuh pun begitu lengang meski saat
itu sedang liburan long weekend.
Bromo-Air Terjun Madakaripura
Kondisi jalan yang lengang tersebut sempat
memunculkan kekhawatiran bagi saya bahwa akses menuju Air Terjun Madakaripura
ditutup karena hujan yang turun barusan. Namun kami tetap terus melaju di rute ke Madakaripura. Jalan
yang kami lalui pun bisa dibilang merupakan jalan kampung yang lebih sempit
daripada sebelumnya dan tidak terdapat marka. Jalan yang sebelumnya menanjak
pun semakin lama menjadi semakin menurun.
Menuju Air terjun Madakaripura |
Akhirnya kami tiba di semacam tempat penitipan
kendaraan dengan terdapat portal, tetapi yang terlihat hanyalah kendaraan besar
seperti mobil dan bus saja. Awalnya kami mengira bahwa perjalanan kami dengan
kendaraan bermotor sudah sampai di tujuan. Namun ternyata kendaraan roda dua
masih diperbolehkan melaju lebih jauh melewati portal yang ada.
Kondisi Jalan Menjelang Air Terjun Madakaripura |
Jawaban mengapa kendaraan besar seperti mobil
dan bus harus berhenti sebelum portal tersebut akhirnya terjawab. Ternyata
kondisi jalan yang kami lalui setelah melewati portal ternyata cukup sempit.
Lebar jalurnya mungkin hanya bisa dilalui untuk bersimpangan dua motor saja.
Bukan hanya itu saja, jalur tersebut juga rawan longsor dengan tebing curam di
sisi jalan yang terdapat bekas longsor pada beberapa titik.
Meski hujan masih sering turun, tetapi saat itu
kawasan Air Terjun Madakaripura masih dibuka. Misalkan kondisi cuaca buruk
seperti hujan lebat atau badai, maka nantinya portal akan ditutup yang mana
otomatis pengunjung tidak bisa mendekat ke kawasan air terjun. Hal tersebut
mengingat bahaya longsor dan banjir yang berpotensi terjadi apabila hujan lebat
terjadi.
Melangkah
menuju Madakaripura
Cukup menyeramkan
berkendara di jalur dengan tebing yang rawan longsor. Banyangan akan tebing
yang longsor tiba-tiba senantiasa menghantui perjalanan kami usai melewati
portal. Namun syukur Alhamdulillah akhirnya
kami sampai juga di area parkir kendaraan menuju Air Terjun Madakaripura.
Kendaraan roda dua hanya bisa melaju sampai di sini saja.
Awal Jalan Setapak |
Setelah menitipkan kendaraan, kami segera
berjalan masuk kawasan Air Terjun Madakaripura. Akan tetapi begitu sampai
tujuan kami langsung ditawari warga setempat untuk membeli pelindung ponsel
agar tidak basah dan juga jas hujan plastik. Kami tidak membelinya, tetapi
sebagai langkah antisipasi saya membawa jas hujan.
Tarif masuk ke kawasan Air terjun Madakaripura
adalah Rp13.000,00 per orang. Kami disambut oleh patung Mahapatih Gadjah Mada
yang berukuran cukup besar sehingga bisa dikatakan bahwa patung tersebut
merupakan ikon dari kawasan air terjun ini. Selain itu, terdapat pula sebuah
tulisan besar bertuliskan “MADAKARIPURA” sehingga cocok dijadikan latar
berfoto.
MADAKARIPURA |
Selanjutnya kami harus berjalan melewati jalan
setapak di samping sebelah sungai. Awalnya saya mengira bahwa rute jalan
setapak tersebut tidaklah panjang. Akan tetapi ternyata jalan setapak yang
harus dilalui pengunjung untuk sampai ke air terjun cukup jauh dan tidak
sampai-sampai. Jalan setapak yang kami tempuh berada di samping sungai pada
sebuah lembah.
Jalan Setapak Menuju Air terjun |
Kondisi jalan setapak pun sudah cukup baik,
tetapi perlu diingat bahwa saat musim penghujan keadaannya cukup licin sehingga
perlu kehati-hatian dalam melangkah. Membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk
berjalan sampai ke area air terjun sehingga akan lebih baik mempersiapkan
kondisi fisik sebelum berangkat menuju Air Terjun Madakaripura.
Madakaripura
Akhirnya setelah
setengah jam berjalan kami sampai di kawasan utama Air Terjun Madakaripura.
Sebelum kami lanjut melangkah, ada beberapa pengunjung yang berjalan kembali
dari kawasan utama air terjun dengan baju basah kuyup. Ternyata menurut
penjelasan mereka kami harus melewati
beberapa air terjun dan menyeberangi sungai untuk sampai ke air terjun
utama.
Jalan Setapak di Bawah Air Terjun |
Penjelasan dari pengunjung itulah yang menjadi
jawaban mengapa sejak dari area parkir banyak orang yang menjual jas hujan dan
pelindung kamera terhadap air. Sebagai langkah antisipasi, kami mulai
mengenakan jas hujan yang ada di tas saya. Setelah jas hujan kami pakai, dengan
perlahan kami mulai berjalan melanjutkan perjalanan ke air terjun utama yang
sudah tidak jauh lagi.
Ternyata benar apa yang dikatakan oleh
pengunjung tadi. Kami langsung dihadapkan dengan air terjun yang harus
dilewati. Memang aliran air dari air terjun tersebut tidaklah sederas yang
utama, tetapi tetap saja airnya bisa merusak perangkat elektronik sehingga kami
tidak bisa berfoto dengan bebas. Berjalan di bawah air terjun tersebut rasanya
seperti berjalan di bawah hujan yang cukup lebat.
Akhirnya kami berhasil melewati air terjun
tersebut. Posisi kami setelahnya cukup terlindung dari tetes air, meski
beberapa tetes air terkadang tepercik mengenai ponsel atau kamera kami.
Beruntung karena kami masih sempat berfoto sehingga bisa digunakan sebagai
kenang-kenangan. Kami melanjutkan perjalanan ke air terjun utama dengan kembali
melewati beberapa sungai dan air terjun.
Lokasi Air Terjun Madakaripura sendiri berada di
semacam lembah dengan dikelilingi oleh tebing yang menjulang tinggi. Air
kemudian menetes dari tebing dan menjadi air terjun yang mengalir ke dasar
lembah. Sebenarnya tempat dengan kondisi demikian memiliki risiko bencana yang
cukup tinggi karena dapat terjadi longsor sewaktu-waktu dan juga banjir saat
tiba-tiba hujan turun deras karena semua air mengalir ke dasar lembah tersebut.
Selain risiko banjir bandang, kondisi hujan
tentu akan menyusahkan kami jika ingin mengambil foto. Jikalau berhasil sampai
di air terjun utama pun kami tidak akan bisa mengambil foto karena hujan
ditambah percikan air dari air terjun utama dapat menyebabkan kerusakan pada
ponsel atau kamera. Jika ingin berkunjung ke Air Terjun Madakaripura, lebih
baik jika membawa serta kamera yang antiair.
Sebagai seorang Mahapatih atau panglima besar kerjaan yang besar, tentunya Gadjah Mada begitu sakti. Air Terjun Madakaripura pun menjadi salah satu tempat di mana Gadjah Mada mendapatkan kesaktiannya. Diceritakan bahwa sebelum menjadi Mahapatih Majapahit, Gadjah Mada melakukan semedi atau bertapa di kawasan Air Terjun Madakaripura ini untuk memperoleh ilmu kebal.
Menurut petugas yang berjaga saat itu, nama
Madakaripura terdiri dari tiga bagian yaitu Mada, Kari, dan Pura. Mada berasal
dari nama Gadjah Mada, kemudian Kari berarti “tinggal” atau “meninggalkan”, dan
yang terakhir Pura bisa diartikan sebagai “Istana”. Bagian nama terakhir
tersebut mungkin ada hubungannya dengan kejadian saat awal-awal dibukanya
kawasan wisata di air terjun ini.
Mitos Air Terjun Madakaripura terjadi saat awal-awal air terjun ini dibuka untuk wisata. Diceritakan bahwa wisatawan yang mengambil foto mendapat hasil gambar tidak biasa. Tampak di foto pengunjung tersebut sosok tinggi besar di balik air terjun yang diyakini sebagai sosok Gadjah Mada. Kejanggalan lain juga pernah dialami pengunjung lain saat mengambil foto karena nampak di belakang air terjun sebuah istana yang begitu megah.
Air Terjun Madakaripura
sendiri selain terkenal karena pernah menjadi tempat pertapaan Gadjah Mada,
juga karena mendapat predikat sebagai air terjun tertinggi se-Pulau Jawa dengan
ketinggian 200 meter pada air terjun utamanya. Bahkan tidak hanya itu saja, air terjun ini adalah
yang tertinggi kedua se-Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Usai Menerjang Hujan Air Terjun |
Nyeberang Sungai |
Menjelang air terjun
utama, tiba-tiba percikan air tidak hanya bersumber dari air terjun saja,
melainkan juga dari langit. Ya, hujan tiba-tiba turun dari langit. Hal tersebut
membuat saya merasa ragu untuk berjalan ke air terjun utama yang tinggal
sedikit lagi. Bayangan akan risiko banjir bandang membuat kami memutuskan untuk
segera kembali saja.
Keeksotisan Kawasan Air Terjun Mdakaripura |
Pertapaan
Keramat Gadjah Mada
Nama Madakaripura yang
disematkan pada air terjun ini tidak lepas dari legenda dan sejarah Air Terjun Madakaripura yang berkaitan
dengan Gadjah Mada; Mahapatih Kerajaan Majapahit pada masa kejayaannya di bawah
pimpinan Prabu Hayam Wuruk. Diceritakan bahwa legenda Air Terjun Madakaripura
ini berawal sebelum Gadjah Mada menjadi Mahapatih di Majapahit.Sebagai seorang Mahapatih atau panglima besar kerjaan yang besar, tentunya Gadjah Mada begitu sakti. Air Terjun Madakaripura pun menjadi salah satu tempat di mana Gadjah Mada mendapatkan kesaktiannya. Diceritakan bahwa sebelum menjadi Mahapatih Majapahit, Gadjah Mada melakukan semedi atau bertapa di kawasan Air Terjun Madakaripura ini untuk memperoleh ilmu kebal.
Arca Mahapatih Gadjah Mada |
Mitos Air Terjun Madakaripura terjadi saat awal-awal air terjun ini dibuka untuk wisata. Diceritakan bahwa wisatawan yang mengambil foto mendapat hasil gambar tidak biasa. Tampak di foto pengunjung tersebut sosok tinggi besar di balik air terjun yang diyakini sebagai sosok Gadjah Mada. Kejanggalan lain juga pernah dialami pengunjung lain saat mengambil foto karena nampak di belakang air terjun sebuah istana yang begitu megah.
Air Terjun Utama Madakaripura |
Terlepas dari segala
mitos yang ada, suasana di Air Terjun Madakaripura sendiri memang cukup suram
karena lokasinya berada di lembah sempit dengan dikelilingi perbukitan.
Membayangkan untuk seorang diri berada di air terjun tersebut mungkin rasanya
cukup menyeramkan. Terlebih membayangkan bagaimana Gadjah Mada seorang diri
bertapa di sana berhari-hari seorang diri, termasuk di malam hari yang begitu
gelap gulita.
Epilogue
Hujan yang turun
membuat kami tidak bisa berlama-lama di Air Terjun Madakaripura. Kami pun
segera berjalan kembali ke area parkir dengan melewati jalan setapak yang sama
seperti saat keberangkatan kami tadi. Perjalanan selanjutnya adalah kembali ke
Probolinggo, melakukan check out hotel, dan mengantar Anggrek pulang.
Selanjutnya penjelajahan saya di Probolinggo memang berakhir, tetapi perjalanan
saya berlanjut ke Lumajang....
Info
Jam
buka
07.00-16.00
WIB
Tarif
masuk
Rp11.000,00
(weekdays)
Rp13.000,00
(weekend)
Rp21.000,00
(wisatawan asing)
Tarif parkir:
Rp2.000,00 (sepeda motor)
Tarif parkir:
Rp2.000,00 (sepeda motor)
Fasilitas
Area
parkir, warung makan, toilet umum, warung suvenir, mushalla, Pura Madakaripura,
Waktu
kunjungan terbaik
Pagi hari sewaktu tidak
hujan atau di musim kemarau
1 komentar
Resikonya tinggi juga ya
Tapi tracknya aman kan?
Aku wedi kepleset2 😂😂
Posting Komentar