Konten [Tampil]
Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan memang
sangat menjunjung tinggi kearifan lokalnya. Statusnya sebagai daerah istimewa
memang berbada dengan daerah lain yang mana kepala daerahnya (gubernur) dijabat
oleh sultan dari Keraton Yogyakarta. Keberadaan Keraton Yogyakarta sendiri
turut berperan besar dalam usaha pelestarian budaya di Yogyakarta.
Upacara Labuhan Merapi Keraton Yogyakarta |
Salah satu upacara adat yang rutin dilangsungkan
oleh Keraton Yogyakarta setiap tahunnya adalah Upacara Labuhan. Upacara ini
dilangsungkan setiap tanggal 30 Rejeb (penanggalan Jawa) dalam rangka
memperingati jumenengan (naik tahta) Sri Sultan Hamengkubuwono X. Upacara ini
diadakan di tiga tempat berbeda yaitu di Pantai Parangkusumo, Gunung Lawu, dan
Gunung Merapi.
Menuju
Lereng Selatan Meru Api
Dini hari itu, Hari
Jumat tanggal 28 April 2017, saya sudah mulai bersiap untuk menuju Desa
Kinahrejo yang dulunya merupakan tempat tinggal Mbah Maridjan; juru kunci
Gunung Merapi yang tewas terkena awan pasan saat erupsi Merapi 2010 silam.
Upacara Labuhan Merapi sendiri akan dimulai dari bekas rumah Mbah Maridjan di
Desa Kinahrejo tersebut.
Menuju Kinahrejo dari UGM
Saya menempuh perjalanan menuju Desa Kinahrejo
melalui Jalan Kaliurang. Cukup cepat waktu tempuh saya di pagi yang lengang
saat itu karena sebelum pukul 06.00 WIB saya sudah sampai di area parkir Desa
Kinahrejo. Ternyata pagi itu sudah banyak orang; mulai dari kalangan wartawan
dan fotografer yang berdatangan untuk menyaksikan rangkaian upacara Labuhan
Merapi.
Area Parkir Desa Kinahrejo |
Sebenarnya rangkaian Upacara Labuhan sendiri
sudah dilaksanakan beberapa hari sebelumnya. Malam hari sebelumnya pun di
tempat saya berada saat itu diadakan pertunjukan wayang kulit. Sementara acara
pada pagi itu baru akan dimulai pukul 07.00 WIB. Namun sudah ada beberapa orang
dengan pakaian khas abdi dalem Keraton Yogyakarta yang mempersiapkan acara.
Puncak Merapi Full Zoom |
Sembari menunggu acara dimulai, terlebih dahulu
saya berkeliling bekas kediaman Mbah Maridjan yang sekarang difungsikan sebagai
museum. Beberapa benda mulai perabotan rumah tangga, kendaraan, hingga mobil
yang rusak karena terkena luncuran awan panas Merapi pada tahun 2010 silam
ditampilkan sebagai pengingat akan bencana tersebut.
Perabotan yang Hancur Diterjang Awan Panas di Museum Mbah Maridjan |
Selain barang, terdapat pula beberapa gambar dan
tulisan yang berisi keterangan mengenai bencana letusan Gunung Merapi pada
tahun 2010 silam. Perlu diketahui bahwa erupsi Meru Api pada tahun 2010 lau
merupakan letusan terdahsyat dalam kurun waktu 100 tahun ini. Biasanya Merapi erupsi
secara efusif atau embusan, tetapi pada letusan tersebut Merapi erupsi secara
eksplosif.
Kehancuran Akibat Erupsi Merapi 2010 |
Mbah Maridjan dan Mereka yang Menjadi Korban Erupsi Merapi 2010 |
Letusan Merapi pun meluluhlantakkan Desa
Kinahrejo yang pada erupsi Gunung Merapi sebelumnya tidak pernah tersentuh awan
panas. Letusan tahun 2010 tersebut bahkan telah menelan korban yaitu Mbah Maridjan yang merupakan juru kunci Gunung Merapi saat itu. Kini jabatan juru
kunci tersebut diwariskan kepada putranya yaitu Mas Kliwon Surakso Hargo atau
Mas Asih.
Motor dan Mobil Evakuasi yang Hancur Diterjang Awan Panas |
Upacara
Labuhan Merapi
Sekitar pukul 06.40 WIB
rombongan utama abdi dalem Keraton Yogyakarta tiba, lengkap dengan ubarampe
atau perlengkapan upacara labuhan. Rangkaian Upacara Labuhan pun segera akan
dimulai. Terlihat para abdi dalem Keraton Yogyakarta, baik putri maupun kakung
(wanita dan laki-laki) telah berbaris untuk selanjutnya melakukan doa bersama
sebelum berangkat.
Rombongan Upacara Labuhan Merapi Siap Berangkat |
Tak lama kemudian iring-ringan Upacara Labuhan
Merapi mulai berangkat. Ratusan orang turut serta berjalan mengiringi para abdi
dalem berjalan naik menapaki jalan setapak yang merupakan jalur pendakian
Gunung Merapi via selatan ini. Selain abdi dalem, wartawan, dan fotografer,
peserta pun semakin lengkap dengan adanya personel keamanan dan tim SAR untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Rombongan Upacara Labuhan Merapi Berangkat |
Ubarampe yang ada dibawa oleh seorang abdi dalem
yang selangkah demi selangkah menapaki jalan setapak dan diikuti oleh peserta
lainnya. Rombongan yang berjalan di jalan setapak terlihat bagaikan rangkaian
kereta manusia saking banyaknya peserta. Agaknya memang banyak orang yang
antusias mengikuti Upacara Labuhan ini.
Rangkaian Kereta Manusia di Jalur Pendakian Merapi via Kinahrejo |
Sekitar 20 menit berselang, sampailah rombongan
di pemberhentian pertama yaitu Pos Bedhengan. Rombongan abdi dalem kembali
menata barisan kemudian duduk di depan semacam altar yang digunakan untuk
meletakkan ubarampe. Salah seorang abdi dalem kemudian mulai mengeluarkan isi
kotak ubarampe tersebut dan membakarnya sambil berdoa.
Prosesi Upacara Labuhan di Pos Bedhengan |
Menuju
Bangsal Sri Manganti
Rombongan kembali
berjalan sekitar 15 menit kemudian usai ritual di Pos Bedhengan selesai. Sama
seperti sebelumnya, para abdi dalem kembali berbaris rapi kemudian lanjut
berjalan menapaki jalan setapak yang diikuti dengan peserta lainnya. Medan yang
semakin menanjak tidak menyurutkan langkah para abdi dalem untuk terus melaju,
meski sebagian besar dari mereka sudah tidak lagi muda.
Rombongan Upacara Labuhan Merapi Kembali Berangkat Lingkaran: Putra Mbah Maridjan; Mas Kliwon Surakso Hargo (Mas Asih); Juru Kunci Gunung Merapi |
Kabut mulai turun saat rombongan berada di
tengah perjalanan menuju Bangsal Sri Manganti; tempat acara utama dalam Upacara
Labuhan Merapi ini dilaksanakan. Wajar saja karena akhir April tersebut masih
memasuki musim penghujan, meski sudah ada di penghujungnya. Beruntung karena
meski ada beberapa tetes air dari langit, hujan tidak turun.
Kabut Mulai Turun |
Tanjakan demi tanjakan pun dapat dilewati oleh
rombongan dengan lancar. Rasa salut sempat terbesit dalam benak saya kepada
para abdi dalem yang melakukan perjalanan karena pakaian yang dikenakannya
adalah pakaian adat seperti kain jarik sehingga cukup merepotkan apabila
digunakan untuk melewati tanjakan di jalan setapak jalur pendakian tersebut.
Tentu usia yang tak lagi muda membuat stamina mereka juga tak sekuat semasa
mudanya.
Para Abdi Dalem Menapaki Jalan Setapak |
Jalan setapak yang dilalui pun kondisinya cukup
basah karena musim hujan menyebabkan hujan masih sering turun di kawasan Gunung
Merapi. Mungkin bagi rombongan lain, mereka akan mengenakan sepatu atau sandal
utuk melalui jalan setapak yang basah tersebut. Namun sebagian besar abdi dalem
terus berjalan di jalan setapak tersebut dengan tanpa alas kaki.
Pantang Menyerah Melalui Tanjakan |
Upacara
Labuhan di Bangsal Sri Manganti
Akhirnya setelah sekitar
45 menit melangkah, rombongan sampai juga di Bangsal Sri Manganti atau Pos I
Gunung Merapi via Kinahrejo. Ternyata di sini sudah disiapkan tikar di depan
altar batu yang konon merupakan sebuah petilasan ini. Tentu saja tikar tersebut
diperuntukkan bagi para abdi dalem yang melakukan upacara.
Bangsal Sri Manganti (Pos 1 Pendakian Merapi via Kinahrejo) |
Tidak hanya tikar, tali rafia pun dipasang
mengelilingi tempat pusat Upacara Labuhan Merapi tersebut sehingga mereka yang
ingin menyaksikan atau meliput harus berada di luar tali rafia tersebut. Kembali
para abdi dalem berkumpul dan kemudian bersiap untuk melangsungkan Upacara
Labuhan usai kotak ubarampe diletakkan di batu semacam altar tersebut.
Upacara Labuhan Merapi di Bangsal Sri Manganti |
Rangkaian upacara pun dimulai dengan
mengeluarkan ubarampe dari dalam kotak dan ditata rapi di altar batu oleh
seorang abdi dalem. Nama masing-masing ubarampe pun disebutkan satu per satu
saat dikeluarkan. Upacara dilanjutkan dengan menabur bunga di sekeliling altar
batu oleh seorang abdi dalem sembari mengucapkan doa.
Ubarampe Upacara Labuhan Merapi Diperkenalkan Satu per Satu |
Menabur Bunga |
Setelah itu giliran Mas Asih selaku juru kunci
Gunung Merapi yang memimpin acara seperti Upacara Labuhan Merapi sebelumnya. Upacara
pun dilaksanakan secara khidmat dengan doa bersama oleh oleh semua orang yang
hadir di sana saat itu. Kami semua dengan dipimpin Mas Asih berdoa untuk
keselamatan Yogyakarta dan juga negeri tercinta kami; Indonesia. Tentu doa
tersebut ditujukan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Mas Asih Memimpin Doa pada Upacara Labuhan Merapi |
Sebenarnya sebelum erupsi 2010, Upacara Labuhan
diadakan di Pos II atau pos rudal (dinamakan demikian karena ada monumen rudal
bekas perang dunia II). Namun erupsi 2010 tersebut menyebabkan kerusakan di
jalur pendakian hingga Pos II sehingga lokasi utama Upacara Labuhan diadakan di
Pos I Sri Manganti. Tempat ini juga merupakan batas pendakian bagi mereka yang mendaki
Merapi melalui jalur Kinahrejo.
Pos II atau Pos Rudal Pendakian Merapi via Kinahrejo In Frame: Saia Delapan Tahun yang Lalu |
Asal usul Labuhan Merapi tidak lepas dari sejarah masa lalu kerajaan
Mataram. Dulu Mataram sempat berseteru dengan Kerajaan Pajang. Bahkan Pajang
telah mengirimkan pasukannya untuk menyerang Mataram. Namun usaha tersebut
gagal karena letusan Merapi saat itu sehingga Mataram bisa
mengalahkan pasukan Pajang. Penghormatan kepada Merapi inilah yang menjadi tujuan upacara labuhan Merapi.
Baca juga: http://www.kratonjogja.id/ulang-tahun-kenaikan-tahta/2/hajad-dalem-labuhan
Baca juga: http://www.kratonjogja.id/ulang-tahun-kenaikan-tahta/2/hajad-dalem-labuhan
Posting Komentar
Posting Komentar