Akhir pekan kembali menyapa di Hari Sabtu
tanggal 10 Februari 2018. Tentu akan sangat disayangkan apabila libur akhir
pekan dilewatkan begitu saja tanpa suatu penjelajahan sebagai sarana refreshing dari rutinitas lima hari
kerja. Pagi itu saya kembali melakukan perjalanan “iseng” tanpa tujuan yang
jelas saat keberangkatan seperti perjalanan ke TELAGA WAHYU sebelumnya.
|
Green Village Gedangsari, Gunungkidul
|
Kali ini tujuan perjalanan iseng saya (meski
sebenarnya tidak ada) adalah mencari rute jalan menuju Gunung Kidul yang tidak
biasa. Jika biasanya kebanyakan orang pergi ke Gunung Kidul lewat jalan utama
Solo-Yogyakarta kemudian lewat Piyungan, rute yang akan saya tempuh kali ini
adalah melalui jalan tembus Klaten-Wonosari.
Menuju
Bayat-Wedi
Saya harus menuju
Kecamatan Wedi terlebih dahulu yang terletak di Kabupaten Klaten. Sebenarnya
rute termudah ke Kecamatan Wedi adalah melewati jalan utama Solo-Yogyakarta
kemudian berbelok ke arah selatan saat tiba di Kota Klaten. Namun kali ini saya
memutuskan untuk melewati rute lain di luar jalan utama.
1. Menuju Bayat; Rute Tengah
Beruntung karena kemajuan teknologi sangat
membatu saya dalam perjalanan kali ini. Melalui aplikasi Google Maps, tersedia
gambaran rute yang bisa saya gunakan. Tujuan awal yang saya tetapkan adalah
menuju Kecamatan Bayat untuk mencapai Jalan Sunan Pandanaran. Meski cukup
“mblusuk”, akhirnya melalui panduan Google Maps saya bisa sampai di Jalan Sunan
Pandanaran tersebut.
Jalan
Raya Wedi-Wonosari
Setelah sampai di Jalan
Sunan Pandanaran, perjalanan saya berlanjut ke arah barat menyusuri jalan
tersebut. Mulai dari sini juga saya mengubah rute perjalanan di Google Maps
menuju Wonosari; Kabupaten Gunung Kidul. Tertera rute di aplikasi tersebut
bahwa rute yang digunakan adalah melalui Jalan Wedi-Wonosari.
2. Pakai Jalur yang Paling Kiri
Jika mengikuti rute Google Maps dari Jalan Sunan
Pandanaran, maka nantinya perjalanan akan sempat melewati jalan-jalan desa yang
sempit. Namun tak lama kemudian perjalanan akan sampai di jalan utama
Wedi-Wonosari yang sudah diaspal halus. Selanjutnya perjalanan tinggal
mengikuti jalan tersebut ke arah selatan.
Menembus
Bukit Sriten
Saat menyusuri Jalan
Wedi-Wonosari ke arah selatan, di depan terbentang hamparan bukit yang
memanjang. Pegunungan itu bernama Bukit Sriten yang membatasi Klaten dengan
Gunung Kidul. Meski jalannya sudah diaspal halus, tetapi kondisinya masih
begitu sepi. Padahal jika dihitung secara jarak, rute ini adalah yang paling
dekat untuk ke Wonosari dari Kecamatan Wedi dengan jarak sekitar 35 kilometer.
|
Dinding Hijau Bukit Sriten di Depan |
Sepinya kendaraan yang melintas di jalur
penghubung Wedi-Wonosari ini akhirnya terjawab saat perjalanan saya berlanjut
ke arah selatan memasuki wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelumnya saya
tidak menyangka jika daerah yang masih berada di kaki bukit sebelah utara ini
sudah masuk Yogyakarta, tepatnya di Kecamatan Gedangsari.
|
Zoom: Jalan Menembus Bukit Sriten |
Usai memasuki Kecamatan Gedangsari, rute
perjalanan mulai memasuki kawasan pegunungan yang mana kondisinya mulai
menanjak. Jawaban akan mengapa sepinya kendaraan yang melintas pun terjawab di
Bukit Sriten sini. Ternyata tanjakan yang harus dilalui begitu terjal. Bahkan
motor Supra X 125 saya dengan kapasitas mesin 125 CC hanya bisa melaju dengan
gigi satu.
|
Indah ya, tapi perhatikan kemiringan jalannya |
Wajar dengan kondisi seperti itu tidak ada bus
atau truk yang melintas. Memang dibutuhkan kondisi kendaraan yang mumpuni dan
fit untuk melewati tanjakan terjal tersebut. Namun di balik seramnya tanjakan
yang harus dilalui, pemandangan ke arah utara tersaji begitu indah. Sempat saya
berhenti sebentar untuk memfotonya, meski motor sempat dikira mogok oleh orang
lain yang melintas.
Destinasi
dadakan
Akhirnya kondisi jalan
dengan tanjakan terjal pun berakhir juga. Syukur Alhamdulillah motor saya bisa
melalui tanjakan tersebut dengan lancar, meski dengan gigi satu. Perjalanan saya pun terus berlanjut ke
arah selatan. Beruntung saat itu tidak hujan sehingga saya tak perlu
mengkhawatirkan risiko longsong yang lebih berpotensi terjadi pada saat hujan.
|
Menembus Tanjakan Bukit Sriten |
Nantinya akan dijumpai pertigaan ke arah kiri
dan kanan yang mana jika ingin ke Wonosari adalah ke arah kiri. Rencana
perjalanan saya pun berubah begitu sampai di sini karena adanya plang penunjuk
arah ke “Green Village Gedangsari”. Sama seperti saat perjalanan ke MARKAS TERAKHIR JENDERAL SUDIRMAN, saya pun memutuskan untuk berkunjung ke Green
Village Gedangsari karena kapan lagi bisa berkunjung ke sini kalau tidak
sekarang.
|
Ijo-ijo |
Jalur menuju Green Village Gedangsari adalah ke
arah kiri dari pertigaan tersebut dengan tetap melewati jalan aspal halus pada
awalnya. Sebenarnya saya juga tidak tahu rute menuju Green Village Gedangsari,
tetapi sepanjang jalan sudah banyak terdapat plang penunjuk jalan ke lokasi
tersebut sehingga tinggal diikuti saja sesuai arah yang ditunjukkan.
|
Pertigaan & Sisi Selatan Bukit Sriten |
Menuju
Green Village Gedangsari
Jalan yang saya tempuh
usai berbelok kiri dari pertigaan tersebut jika diikuti terus nantinya akan
sampai kembali ke Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten. Jalur menuju Green Village
Gedangsari adalah berbelok kanan ke luar jalan utama tersebut sesuai yang ditunjukkan
oleh petunjuk jalan. Rute perjalanan kemudian mulai memasuki jalan desa yang
sempit.
|
Akhir Jalan Aspal |
Jika baru pertama kali melewat jalan desa
tersebut, rasanya pasti akan meragukan apakah jalan yang dilalui itu benar atau
salah. Namun tenang saja karena di pinggir jalan plang penunjuk jalan masih
senantiasa memandu perjalanan. Perlu diketahui bahwa setelah tanjakan terjal
tadi, smartphone saya dengan kartu
IM3 kehilangan sinyal sehingga tidak bisa lagi digunakan untuk memandu
perjalanan.
|
Turut Dalan Ndeso |
Bahkan nantinya jalan yang harus dilalui tidak
lagi terbuat dari aspal, melainkan jalan khas pedesaan yang terbuat dari semen
dengan dua ruas jalan (corblok). Namun tenang saja karena jalan tersebut sudah
benar. Sebagai hiburan, pemandangan terbuka ke arah utara yang tersaji dari
ketinggian akan terlihat begitu menawan. Syukur Alhamdulillah saya akhirnya sampai juga di Green Villlage
Gedangsari.
Green
Village Gedangsari
Tulisan Green Village
Gedangsari yang besar menjadi tanda bahwa saya sudah sampai di sana. Sebuah
area parkir yang luas menyambut saya untuk memarkir kendaraan di sana. Meski
letaknya berada di area pedesaan, kondisi Green Village Gedangsari cukup bersih
dan bagus sehingga saya merasa tidak sabar untuk segera masuk ke dalam.
|
Area Parkir Green Village Gedangsari |
Konsep Green Village sendiri merupakan taman
yang berada di ketinggian Bukit Sriten sebelah utara. Secara administratif
lokasinya terletak di Dusun Guyangan Lor, Desa Mertelu, Kecamatan Gedangsari,
Kabupaten Gunung Kidul. Waktu tempuh saya dari Kota Solo saat itu adalah
sekitar dua jam perjalanan. Sebenarnya perjalanan akan lebih nyaman dan cepat tanpa
tanjakan terjal jika lewat Kecamatan Bayat, bukan Wedi seperti yang saya lalui
kali ini.
|
Green Village Gedangsari; Bersih dan Indah |
Green Village Gedangsari sendiri bisa dibilang
merupakan destinasi wisata baru di Gunung Kidul karena pembangunannya dimulai
pada tahun 2016. Pembangunan Green Village Gedangsari sendiri tidak lepas dari
bantuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan dan
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI).
|
Jalan Setapak di Green Village Gedangsari |
Saat sampai di taman, pengunjung akan dapat
berjalan di jalan setapak yang sudah ditata dengan baik. Beberapa gubug yang
menghadap ke arah selatan atau Bukit Sriten dapat digunakan untuk sekadar
duduk-duduk menikmati hijaunya kawasan perbukitan. Selain itu ada juga spot
foto yang bisa digunakan untuk berfoto dengan latar belakang hijaunya Bukit
Sriten.
|
Menikmati Kehijauan Bukit Sriten di Green Village Gedangsari |
Flying
fox terpanjang kedua se-Asia Tenggara
Terus berjalan ke atas,
maka pemandangan ke segala arah akan tersaji dengan indah. Pemandangan terbuka
paling spektakuler ada di sisi utara ke arah Klaten atau Provinsi Jawa Tengah.
Bahkan Waduk Rawa Jombor pun turut terlihat seperti kolam yang luas dari
ketinggian. Jika cuaca sedang sangat cerah, Gunung Merapi akan menampakkan
dirinya di kaki langit sebelah barat laut.
|
Panorama Utara |
Green Village Gedangsari juga merupakan tempat
yang pas untuk menanti sunrise atau
matahari terbit. Pemandangan ke arah timur yang terbuka menjadikan saat-saat
munculnya matahari pagi tidak terhalang apa pun, dengan catatan cuaca cerah.
Gunung Lawu yang berada di perbatasan Jawa Tengah dengan Jawa Timur pun akan
terlihat jika cuaca cerah.
|
Bentang Timur |
Beberapa gubug juga masih ada di kawasan atas
Green Village Gedangsari ini sehingga pengunjung bisa bebas memilih tempat
beristirahat dengan karakteristik pemandangan yang berbeda-beda. Selain itu,
spot foto juga tidak hanya ada di sisi selatan karena tersedia pula spot foto
di sisi utara dengan latar belakang pemandangan terbuka.
|
Gubug Istirahat di Green Village Gedangsari |
Hal spesial di Green Village Gedangsari adalah
terdapat flying fox terpanjang kedua di kawasan Asia Tenggara dengan panjang
625 meter. Lintasan flying fox pun dapat dilihat dengan jelas ke arah timur
yang tampak begitu panjang membentang. Tarif untuk menikmati flying fox ini
juga cukup terjangkau yaitu Rp100.000,00 saja. Tentu sebuah harga tersebut
sepadan mengingat flying fox ini adalah yang terpanjang kedua di Asia Tenggara.
|
Flying Fox Terpanjang Kedua se-Asia Tenggara |
|
Lintasan Flying Fox Green Village Gedangsari |
Jika lapar atau haus menyerang, masyarakat
setempat telah membuka warung yang menjual makanan dan minuman. Waktu yang
tepat untuk mengunjungi Green Village Gedangsari ini adalah di pagi hari karena
saat siang hari teriknya matahari siang terasa begitu menyengat. Sore pun
sebenarnya adalah waktu yang pas, tetapi jangan terlalu malam karena melewati
medan perbukitan saat gelap tentu berisiko.
|
Madhang Rek..! |
Saya sendiri tidak sempat menjajal serunya
flying fox terpanjang kedua se-Asia Tenggara tersebut karena tidak membawa
cukup uang di dalam dompet saat berkunjung ke sana. Usai puas menikmati suasana
hijau di Green Village Gedangsari, saya kembali melanjutkan perjalanan kembali
menuju Wonosari. Perjalanan saya kali ini pun belum selesai...
Info
Tiket masuk
Rp5.000,00
Tarif parkir
Rp2.000,00 (motor)
Hari & Jam buka
-
Fasilitas
Area parkir (motor-mobil-elf-minibus), masjid,
mushalla, taman bermain anak, joglo, spot foto, gubug istirahat, flying fox
terpanjang kedua se-Asia Tenggara warung makan
Waktu kunjungan terbaik
Pagi hari saat cuaca
cerah
1 komentar
Berarti spot fotonya itu pemandangan ijo2 bukit sitren ya. Semoga bukit sitren selalu menghijau dan lestari
Btw, piringnya cuma satu Mas? Makan sendirian? Lah pasangannya mana? 😂
Posting Komentar