Konten [Tampil]
Destinasi kali ini masih merupakan rangkaian
dari rangkaian perjalanan panjang saya sejauh 290 kilometer yang juga mampir di
MARKAS TERAKHIR JENDERAL SUDIRMAN pada postingan sebelumnya. Namun destinasi
kali ini bukanlah lanjutan dari postingan sebelumnya itu, melainkan destinasi
pertama yang saya kunjungi pada rangkaian perjalanan tersebut.
Telaga Wahyu, Magetan, Jawa Timur |
Saya memulai perjalanan melintasi jalan utama
Karanganyar-Magetan yang membentang melintasi lereng Gunung Lawu. Cerahnya
cuaca saat itu membuat perjalanan menjadi begitu menyenangkan di bawah langit
biru dan sejuknya udara Lawu. Terus berjalan ke arah timur usai melewati Telaga
Sarangan, terlihat sebuah telaga lain yang lebih kecil. Karena penasaran saya
kemudian mengunjungi telaga tersebut.
Telaga Wahyu
Pintu masuk menuju
telaga kecil itu berada tepat di sisi kanan jalan jika berjalan ke arah Kota
Magetan. Sebuah gerbang masuk sekalin menyambut saya memasuki kawasan telaga
itu, juga menghilangkan rasa penasaran saya mengenai namanya. Nama telaga itu
adalah Telaga Wahyu. Sama seperti Telaga Sarangan yang begitu terkenal, Telaga
Wahyu juga terletak di Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Gerbang Masuk Telaga Wahyu |
Akses jalan menuju Telaga Wahyu sangatlah mudah.
Seperti yang sudah dijelaskan tadi, letak pintu masuk kawasan telaga ini tepat
berada di sisi jalan utama Karanganyar-Magetan. Menemukannya pun gampang sekali
karena jika tidak berkabut maka telaga ini akan terlihat dari ketinggian.
Solo-Telaga Wahyu
Mitos Telaga Wurung
Meski tak seluas Telaga
Sarangan, panorama Telaga Wahyu tak kalah indah. Akan tetapi masih sedikit
wisatawan yang berkunjung ke Telaga Wahyu ini. Sangat disayangkan terdapat
sebuah mitos kurang baik yang ada di telaga ini. Mitos tersebut adalah jika
sepasang kekasih pergi ke sini, maka cepat atau lambat hubungan mereka akan
berakhir.
Telaga Wahyu yang Sejuk |
Agaknya mitos tersebut cukup dipercaya oleh
masyarakat sekitar. Dahulu nama telaga ini adalah Telaga Wurung. Kata Wurung sendiri dalam bahasa Indonesia
berarti “urung” atau tidak jadi. Akibatnya potensi keindahan Telaga Wahyu
menjadi sulit berkembang karena kekhawatiran akan mitos tersebut. Padahal
sebenarnya mitos tersebut hanya bohong belaka dan mungkin saja hanya sebagai
alasan bagi sepasang kekasih yang memang sudah ingin untuk mengakhiri hubungan.
Terlepas dari mitos yang
ada, Telaga Wahyu sebenarnya menyimpan potensi yang besar. Guna semaki menarik
minat wisatawan, telah tersedia becak air yang bisa dipakai pengunjung untuk
berkeliling danau. Harganya pun sangat terjangkau yaitu hanya Rp40.000,00 saja
untuk kapasitas dua orang dewasa.
Pemandangan lereng Lawu di sebelah timur yang
menghujau juga akan memanjakan mata pengunjungnya. Selain itu, fasilitas
pendukung pariwisata yang ada di sini juga kian lengkap. Warung-warung makan
sudah tersedia jika tiba-tiba lapar menyerang, juga fasilitas penunjang lain
seperti toilet dan mushalla.
Bagi mereka yang gemar memancing, Telaga Wahyu
juga bisa menjadi pilihan spot memancing ikan yang pas. Duduk-duduk di pinggir
telaga sambil memancing ditemani dengan sejuknya udara pegunungan tentunya
sangat menyenangkan. Jika hanya ingin duduk-duduk, di pinggir telaga juga sudah
tersedia tempat untuk berlindung dari panasnya matahari. Sebagai info tambahan,
tahun 2018 akan diadakan perbaikan untuk semakin mempercantik Telaga Wahyu ini.
Keindahan Telaga Wahyu
Becak Air di Telaga Wahyu |
Kompleks Warung Makan dan Suvenir di Telaga Wahyu |
Info
Jam buka tiket:
06.00 WIB-18.00 WIB
Tiket masuk:
06.00 WIB-18.00 WIB
Tiket masuk:
Rp5.000,00
Tarif
parkir:
Rp2.000,00
(motor)
Tarif
sewa becak air:
Rp40.000,00
Fasilitas:
Area
parkir, warung makan, mushalla, toilet, sewa becak air
Waktu
kunjungan terbaik:
Pagi hari menjelang
siang saat cuaca cerah
1 komentar
Sayang banget ya sama mitosnya. Dampaknya segitu besar.
Berarti ini tugasnya dispar dan anak2 muda pegiat konten kreatif, untuk mengubah mindset. Promonya harus dibikin oleh anak muda, untuk anak muda. Inshaa Allah rame deh
Posting Komentar