Konten [Tampil]
Hari Rabu, tanggal 13 September 2017. Sebenarnya
tidak ada peristiwa besar bagi saya yang terjadi pada tanggal tersebut. Hari itu
saya menjalani rutinitas harian seperti biasa dan saat sore hari saya masih
menyempatkan diri untuk berjogging di lapangan Grha Shaba Pramana Universitas
Gadjah Mada, tempat saya menuntut ilmu sewaktu kuliah di sana dahulu. Tak
sekalipun terbayang di dalam pikiran mengenai apa yang akan terjadi beberapa
jam setelahnya.
Saraf No.7 atau saraf wajah Sumber: https://biologigonz.blogspot.co.id/2009/12/12-syaraf-tepi-otak.html |
Matahari sudah tenggelam di ufuk barat. Saat
petang pun semua masih normal-normal saja. Tidak ada peristiwa yang terjadi.
Petang berjalan seperti biasa. Malam itu usai ibadah maghrib, saya masih sempat
bercengkerama dengan teman satu kosan menggunakan bahasa Inggris untuk semakin
mengasah kemampuan kami. Tidak disangka, sesaat setelah itu terjadi suatu
peristiwa yang cukup mengejutkan saya.
Setelah
saya mencari informasi di internet, ternyata memang ada suatu penyakit
tersendiri yang saya alami saat itu. Bell’s Palsy, itulah nama sakit yang
menyebabkan wajah kiri saya mengalami kelumpuhan dan tidak bisa digerakkan.
Saat itu saya sedikit lega setidaknya sakit yang saya alami bukanlah stroke.
Saya terus mencari informasi mengenai Bell’s Palsy yang ternyata ada banyak
sekali sumbernya di internet mulai dari pengetahuan umum hingga pengalaman
penderitanya. Saya kemudian langsung tidur sambil berharap keesokan harinya
kondisi muka akan membaik.
Secara singkat, Bell’s Palsy merupakan sakit yang merupakan gangguan pada saraf no.7 yang bertugas mengendalikan otot muka. Saraf no.7 ini ada 2 yang letaknya di seputar telinga kiri dan kanan. Apabila yang mengalami gangguan adalah saraf no.7 sebelah kiri, maka wajah bagian kiri akan lumpuh sepeti yang saya alami.
Terjadi Tiba-Tiba
Saat
sudah memasuki waktu isya, tentu saya bergegas untuk wudhu dan menjalankan kewajiban
harian yaitu sholat isya. Akan tetapi di sinilah keanehan yang akan saya alami
dimulai. Saat melakukan kumur dalam berwudhu, tiba-tiba saja saya tidak bisa
berkumur dengan baik. Bibir sebelah kiri saya seakan tidak mau menurut untuk
mengatup sehingga air keluar dari mulut saya. Saat itu saya mulai merasa ada
yang tidak beres dengan diri saya.
Usai
wudhu saya langsung becermin dan ternyata saat mecoba menggerakkan wajah,
ternyata wajah sebelah kiri saya tidak digerakkan!
“Astaghfirullah.. Apa gerangan yang
terjadi..???”
Pertanyaan
tersebut otomatis muncul begitu saja di dalam hati setelah saya tahu bahwa
wajah sebelah kiri tidak bisa digerakkan. Ketakutan dan kepanikan seakan
mengikuti pertanyaan tersebut. Tentu saja, siapa yang tidak takut jika wajahnya
tidak bisa digerakkan?? Terlebih lagi:
“Bagaimana jika kondisi ini berlangsung untuk
selamanya..!????”
Apakah Saya Terkena Stroke..??
Saat
itu saya berspekulasi. Spekulasinya adalah saya mengira bahwa saya terkena
stroke yang mana ada gangguan di otak. Tentu spekulasi tersebut cukup
mengguncang moral karena tentu pengobatan untuk sroke tidaklah murah. Jangankan
pengobatan, pemeriksaan semacam scan otak dan tetek bengek lainnya tentu sudah
menguras budget. Tidak ingin terlarut dalam spekulasi yang tidak jelas, saya
langsung mencari informasi sebanyak-banyaknya lewat internet. Syukurlah di
kosan saya terdapat wifi dengan koneksi cepat sehingga saya tidak kesulitan
untuk mengakses internet.
Muka yang Terkena Bell's Palsy
|
Secara singkat, Bell’s Palsy merupakan sakit yang merupakan gangguan pada saraf no.7 yang bertugas mengendalikan otot muka. Saraf no.7 ini ada 2 yang letaknya di seputar telinga kiri dan kanan. Apabila yang mengalami gangguan adalah saraf no.7 sebelah kiri, maka wajah bagian kiri akan lumpuh sepeti yang saya alami.
Pengobatan
Pagi
harinya saat saya bangun tidur ternyata harapan muka kembali normal belumlah
terkabul. Bahkan pagi itu kondisi muka bertambah buruk terutama pada bagian
kelopak mata kiri yang tidak bisa tertutup sempurna saat menutup mata seperti
biasanya. Saya juga tidak bisa hanya menutup mata sebelah kiri saja dan untuk
berbicara pun rasanya susah karena mulut bagian kiri yang tidak mau bergerak
sesuai keinginan. Lebih parahnya lagi bibir sebelah kiri saya posisinya agak
turun sehingga tidak sama dengan bibir sebelah kanan.
Siang
itu saya berusaha untuk mengobati sakit ini di Poli Saraf Rumah Sakit Dr.
Sardjito. Sayangnya poli saraf hanya melayani pasien hingga pukul 14.00 WIB
saja. Sungguh sangat mengecewakan karena jam 2 siang masih termasuk waktu yang
pagi untuk mengakhiri layanan. Ditambah lagi kondisi saya saat itu cukup
kerepotan jika berada di tempat terang karena mata sebelah kiri tidak bisa
melakukan refleks jika silau. Saya harus menutup mata sebelah kanan sepenuhnya
jika ingin mata kiri agak menutup.
Sore
itu saya kembali jogging untuk meredakan kekecewaan saya sembari berharap
jogging yang saya lakukan akan bermanfaat untuk mempercepat penyembuhan Bell’s
Palsy ini secara alami. Malah harinya saya melakukan donor darah di unit
transfusi darah RS. Dr. Sardjito, selain berdonor juga supaya sekalian mendapat
pemeriksaan darah. Untungnya tidak ada masalah dalam darah sehingga saya tidak
perlu khawatir tentang adanya virus atau penyakit berbahaya di dalam darah.
Malam
itu untuk tidur saya harus mengenakan buff untuk sedikit menekan kelopak mata
sebelah kiri agar mau menutup sepenuhnya. Jika dibiarkan tidak menutup, maka
saya berisiko mengalami komplikasi Bell’s Palsy berupa sakit mata karena kering
akibat kelopak yang tidak bisa menutup. Setidaknya dengan mengenakan buff mata
kiri saya bisa tertutup sepenuhnya saat tidur dan tidak kering.
Keesokan
harinya pada Hari Jumat, saya kembali lagi ke Poli Saraf RS Dr. Sardjito untuk
memeriksakan diri. Kali ini saya tidak terlambat dan mendapat penanganan oleh
dokter saraf yang ada. Ternyata pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter saraf
tersebut tidak seribet yang saya bayangkan sebelumnya. Setelah melakukan
pemeriksaan singkat, dokter kemudian memberikan saya resep yang harus dibeli di
apotek terdekat. Dokter juga memberikan surat rujukan bagi saya untuk menjalani
fisioterapi di bagian rehab medik RS Dr. Sardjito.
Sayangnya
usai pemeriksaan, waktu sudah melewati pukul 14.00 WIB sehingga bagian
fisioterapi di rehab medik sudah tidak lagi menerima pasien. Kembali hal
tersebut merupakan suatu kekecewaan bagi saya yang menginginkan Bell’s Palsy
ini supaya bisa segera disembuhkan. Beruntung saya masih bisa mendapatkan obat
di apotek rumah sakit yang semoga dengan meminumnya saya akan segera sembuh.
Tidak
seperti yang saya bayangkan sebelumnya, ternyata harga obat yang harus saya
tebus di apotek cukup terjangkau yaitu seharga Rp20.000,00 saja. Sebelumnya
saya membayangkan obat untuk saraf harganya cukup mahal hingga mencapai ratusan
ribu rupiah. Obat yang saya dapatkan saat itu adalah RINCOBAL dengan kandungan
MECOBALAMIN sebanyak 500 Mg untuk mengobati Neuropati
Perifer.
Keinginan
saya untuk segera sembuh tidak membuat saya pulang begitu saja. Bagaikan
mendapat suara dari langit, secara inisiatif saya pergi ke klinik fisioterapi
Universitas Negeri Yogyakarta untuk mendapat terapi. Awalnya saya sempat ragu
apakah klinik fisioterapi yang biasanya menangani keseleo, terkilir, dan cedera
lainnya tersebut dapat menangani Bell’s Palsy. Untunglah saat saya bertanya
kepada petugas yang ada, ternyata klinik fisioterapi UNY tersebut bisa
melakukan terapi untuk Bell’s Palsy.
Suatu
keberuntungan bagi saya karena pada saat itu seorang ahli fisioterapi yang juga
dosen di sana bernama Pak Ali sedang ada di tempat. Beliau mengatakan bahwa
bisa melakukan terapi untuk Bell’s Palsy. Segera saja saya mendapat penanganan
terapi. Entah terapi apa yang biasanya didapatkan oleh penderita Bell’s Palsy
pada umumnya karena di klinik fisioterapi UNY ini terapi yang saya dapatkan
adalah melalui pemijatan. Fungsi dari pemijatan tersebut adalah untuk
melancarkan peredaran darah dari leher menuju kepala.
Awalnya
terapi yang saya dapatkan dilakukan oleh terapis di sana dengan pemijatan di
leher, bahu, dan muka. Setelah dirasa cukup, barulah Pak Ali turun tangan
melakukan terapi. Melalui pemeriksaan singkat yang beliau lakukan, ternyata
memang terdapat banyak sumbatan di leher dan juga di beberapa titik pada bagian
wajah sebelah kiri saya. Bahkan yang lebih parah lagi ternyata bahu kiri saya
mengalami dislokasi sehingga semakin menyumbat aliran darah. Beliau kemudian
melakukan terapi untuk menghilangkan sumbatan-sumbatan tersebut dan memperbaiki
bahu saya yang terkena dislokasi.
Terapi
pemijatan untuk melancarkan aliran darah pun dimulai. Selain melakukan
pemijatan, Pak Ali juga memperbaiki struktur tulang leher saya dengan cara menarik
kepala saya kemudian memposisikan tulang leher kembali ke struktur baiknya yang
mana merupakah hal berbahaya jika dilakukan oleh seseorang bukan ahlinya.
Setelah melancarkan peredaran darah saya di bagian bahu dan leher, giliran muka
yang mendapat penanganan. Kali ini saya hanya mendapat pijatan-pijatan untuk
melancarkan darah di kepala sehingga suplai darah ke seluruh bagian kepala
termasuk saraf no.7 menjadi lancar sehingga membantu mempercepat proses
penyembuhannya.
Terapi di Rumah
Terapi
yang saya dapatkan berlangsung selama sekitar 15 menit. Selain perbaikan tulang
leher dan pemijatan wajah, posisi rahang saya juga turut dibenarkan supaya
tidak mencong. Usai pemijatan selesai, Pak Ali mengatakan bahwa Bell’s Palsy biasa
terjadi karena akumulasi paparan dingin di otot sejak lama. Biasanya penyakit
ini dialami oleh orang-orang yang gemar menggunakan AC atau kipas angin sewaktu
tidur sehingga dingin akan terkumpul di otot.
Selain
karena dingin, Pak Ali juga mengatakan bahwa Bell’s Palsy yang saya alami juga
disebabkan karena penyumbatan pada bahu, leher, hingga beberapa titik di wajah
sebelah kiri. Penyumbatan tersebut membuat saraf no.7 tidak mendapat pasokan
darah secara optimal sehingga mengalami gangguan fungsi. Introspeksi pun saya
lakukan saat itu juga dan rasanya memang benar apa yang Pak Ali katakan
barusan.
Jika
diingat-ingat, sejak Bulan September 2015 hingga akhirnya terkena Bell’s Palsy
pada bulan yang sama di tahun 2017 saya sama sekali tidak tersentuh air hangat.
Kegemaran saya melakukan pendakian gunung sehingga menerima paparan udara yang
begitu dingin juga menjadi andil terhadap sakit Bell’s Palsy yang saya alami
saat itu. Begitu juga posisi tidur saya yang sudah lama salah dengan mengangkat
tangan, terutama sebelah kiri sehingga terjadi penyumbatan darah dan dislokasi
pada bahu sebelah kiri.
Pak
Ali kemudian menyarankan saya untuk memperbaiki posisi tidur dengan tidak lagi
mengangkat tangan saat tidur. Saran Pak Ali lainnya agar Bell’s Palsy saya
lekas menghilang adalah dengan sesering mungkin mengompres bahu, leher, hingga
muka dengan air hangat. Saran lain yang tidak kalah penting adalah untuk
menghindarkan muka dari paparan udara dan angin dingin supaya lekas sembuh. Beliau
akhirnya menyelesaikan tugasnya sehingga terapi saya kali ini berakhir. Tarif
terapi di klinik fisioterapis ini cukup terjangkau yaitu Rp70.000,00.
Tentu
saja karena ingin segera sembuh, saya mengikuti saran dari Pak Ali. Saat ada
waktu luang saya selalu mengompres bahu, leher, dan muka dengan air panas.
Metode yang saya gunakan adalah mengisi air panas ke dalam botol plastik
kemudian menempelkan botol tersebut ke bagian-bagian tersebut. Tentu saat masih
panas saya tidak langsung menempelkannya di kulit, melainkan dengan melapisi
botol dengan kain agar tidak terlalu panas saat menyentuh kulit.
Saya
melakukan terapi panas tersebut 2 kali sehari pada pagi dan malam. Beruntung
kehadiran kompetisi Liga 1 dan Liga 2 Indonesia di TV One pada sore dan malam
hari membuat saya cukup enjoy memanaskan bahu, leher, dan wajah tanpa rasa
bosan. Jika akan beraktifitas ke luar saya mengenakan masker, selain untuk
melindungi wajah dari terpaan angin juga untuk menyembunyikan wajah yang tidak
bisa tersenyum dengan normal saat itu. Tidak lupa posisi tidur juga saya
perbaiki dengan tidak lagi mengangkat tangan.
Perjuangan Menuju Penyembuhan
Usai
menjalani terapi, hari demi hari saya lalui dengan penuh perjuangan. Hampir
seminggu berlalu usai terapi, akan tetapi saya belum merasakan perkembangan
yang cukup berarti. Saya terus mencari informasi mengenai lama penyembuhan Bell’s
Palsy (BP). Ternyata memang BP tersebut memerlukan waktu lama untuk pulih
kembali karena pertumbuhan saraf hanya sekitar 1 mm per harinya. Rata-rata
penderita akan kembali pulih dalam waktu 3 minggu. Melegakan tentunya, akan
tetapi ada beberapa kasus penderita yang mengalami BP hingga 6 bulan, bahkan
ada beberapa lagi yang fungsi mukanya tidak bisa kembali normal lagi.
Informasi
tersebut tentunya bagaikan hantu yang gentayanga di pikiran saya. Kekhawatiran
akan BP yang sembuh sangat lama jujur membuat saya agak down. Rasanya
benar-benar tidak nyaman saat setengah bagian muka mengalami kelumpuhan. Saat
itu saya baru merasakan bahwa nikmat Tuhan yang diberikan oleh-Nya kepada kita
semua begitu melimpah. Sering kali saya menyepelekan nikmat-nikmat tersebut dan
hanya meminta, meminta, dan meminta lagi kepada-Nya dengan sering lupa menyukuri
nikmat yang sehari-hari saya dapatkan. Saat Dia mengambil senyuman di muka ini,
meskipun hanya setengahnya saja rasanya sudah tidak karuan seperti ini. Memang
nikmat baru bisa dirasakan saat dia diminta kembali oleh Sang Segala Pemilik
Sesuatu di semesta raya ini.
Tentunya
meskipun kondisi moral cukup buruk, bukan berarti lantas saya berprasangka
buruk kepada Tuhan. Bagaimanapun juga Tuhan adalah Sang Maha Pengasih dan Sang
Maha Penyayang. Mungkin Dia menitipkan sakit ini untuk menggugurkan dosa saya
yang sudah entah menumpuk seberapa banyaknya. Saya mencoba untuk selalu
bersyukur di tengah kondisi BP yang sedang saya alami. Mungkin juga Yang Maha
Kuasa memberikan sakit ini untuk mengingatkan saya supaya semakin mendekatkan
diri dengan-Nya. Tentu yang tidak ketinggalan adalah Dia untuk sesaat meminta kembali
senyuman di wajah ini agar saya tahu betapa berharganya nikmat dari-Nya,
meskipun itu hanya sebuah senyuman yang selama ini saya sepelekan.
Selain
rutin melakukan terapi panas, tentunya doa juga tidak lupa senantiasa saya
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Doa agar Dia bersedia mengembalikan
senyuman saya kembali seperti sedia kala. Akhirnya setelah seminggu usai
menjalani terapi, Alhamdulillah gejala
penyembuhan mulai tampak. Penyembuhan mulai terasa dari bagian mulut yang mulai
ringan sehingga saya menjadi lebih mudah berbicara kembali. Rasanya sangat
bersyukur kembali bisa merasakan awal dari penyembuhan BP ini. Akan tetapi
entah mengapa saya mulai merasakan nyeri pada wajah yang lumpuh, terutama apabila
ditekan. Rasa nyeri juga saya rasakan di sekitar telinga sebelah kiri letak
saraf no.7. Sementara itu pendengaran di telinga kiri saya mengalami
pengingkatan sehingga rasanya cukup mengganggu terutama saat ada suara yang
keras.
Hari-hari
berlalu dan saya tetap berjuang untuk sembuh dari BP ini melalui terapi panas
dan berdoa. Saya sempat kembali ke klinik fisioterapi untuk memeriksakan diri. Oleh
terapis saya kembali dipijat di bagian bahu, leher, dan wajah untuk melancarkan
peredaran darah. Kali ini pemijatan cukup menyakitkan karena wajah sebelah kiri
saya yang sakit saat ditekan, namun demi kesembuhan saya tetap menahan rasa
sakit tersebut. Selain terapis yang ada, saya juga diperiksa oleh Pak Ali yang
merupakan ahlinya.
Kembali
Syukur Alhamdulillah karena menurut
Pak Ali penyembuhan saya termasuk baik dengan kondisi bibir yang sudah mulai
simetris; tidak lagi mencong sebelah. Beliau mengatakan bahwa tinggal menunggu
waktu saja untuk kesembuhan saya. Beliau juga bercerita bahwa dulunya juga
pernah mengalami BP; bahkan pada kedua wajahnya. Membutuhkan waktu sekitar 3
minggu bagi beliau untuk bisa sembuh dari BP. Pak Ali lanjut menjelaskan bahwa
rasa nyeri di wajah yang lumpuh memang wajar karena sel-sel saraf sedang memperbaiki dirinya sendiri.
Hari-hari
selanjutnya saya jalani dengan semangat karena saya mulai merasakan progress
dari penyembuhan BP ini. Setiap hari saya selalu bercermin dan melihat dengan
mata kepala sendiri perkembangannya, seperti alis bagian kiri saya yang mulai
sedikit terangkat saat saya berusaha mengangkatnya. Meskipun sedikit demi
sedikit, rasanya sangat bersyukur sekali saat kesembuhan mulai berangsur
datang.
Menuju Sembuh
Kini
(06/10/20017) sudah 3 minggu usai pengobatan saya lakukan dan syukur Alhamdulillah kembali saya ucapkan
kepada Tuhan yang telah berkenan mengembalikan senyuman di muka ini. Kini saya
sudah bisa tersenyum sepenuhnya sehingga kepercayaan diri untuk berbincang
dengan orang lain kembali saya dapatkan. Memang saya masih belum sepenuhnya
sembuh karena rasanya masih cukup berat untuk hanya menutup mata kiri saja;
tidak seperti saat saya mencoba hanya menutup mata kanan, meskipun saya sudah
bisa melakukannya.
Akhirnya Bisa Tersenyum Kembali (2 minggu lebih 4 hari usai pengobatan) |
Ketidakseimbangan
masih saya rasakan di mata. Kedipan mata memang sudah seimbang, akan tetapi
saat melakukan refleks terhadap cahaya silau atau saat tertawa, mata kiri saya
masih kurang menutup daripada yang kanan. Bisa dibilang saat ini saya sudah 95%
sembuh dari BP yang sempat melumpuhkan wajah kiri saya. Tentu saja perjuangan
untuk bisa sembuh 100% masih saya lakukan dengan menghangatkan wajah dan terus
berdoa serta beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Juga terus mengingat
bagaimana rasanya saat Dia untuk sementara waktu meminjam senyuman saya, agar
jiwa dan hati ini selalu senantiasa bersyukur atas nikmat-Nya.
Tips Menghindari Bell’s Palsy
- Usahakan tidak terlalu sering terkena paparan udara dingin di muka.
- Usai bepergian ke daerah dingin/terkena paparan uda dingin, cuci muka/mandi dengan air hangat untuk menghilangkan dingin di otot.
- Penting untuk beberapa waktu mencuci muka dengan air hangat untuk menghilangkan dingin di otot muka.
- Jaga kondisi agar tidak terjadi penyumbatan darah pada bagian leher yang menyuplai saraf no.7.
Tips Mengobati Bell’s Palsy
- Segera periksakan diri ke dokter saraf saat mengalami gejala Bell’s Palsy
- Lakukan terapi untuk menyembuhkan Bell’s Palsy. (Saya menggunakan terapi untuk melancarkan peredaran darah menuju kepala)
- Secara rutin kompres bahu, leher, dan muka dengan air hangat.
- Lakukan senam muka dengan menggerak-gerakkan muka, walaupun yang bergerak hanya setengahnya.
- Hindari paparan udara dan angin dingin dengan memakai masker dan buff saat bepergian.
- Pastikan mata menutup sempurna saat tidur agar mata tidak kering. (saya menggunakan buff)
- Tetap sabar dan berprasangka baik kepada Tuhan Yang Maha Pengasih & Penyayang.
- Berdoa dengan tulus dan meminta ampunan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
8 komentar
Alhamdulillah jika sudah berangsur-angsur pulih, la ba'sa thohurun insyaAllah. semoga bisa kembali sehat 100% seperti sedia kala ya mas. aamiin
subhanallah ternyata nyata ya
aku baru kali ini sih baca tulisan seorang blogger yang membahas tentang bells palsy, terjadinya hanya pada setengah wajah, juga menyambar kepada seseorang yang berusia muda pula
tulisan ini mengingatkan aku juga, bahwa kita harus banyak-banyak bersyukur daripada banyak meminta
Semoga teman" seperjuangan juga bisa tetap positif thinking dan tetap berjuang, bagi yang mau sharing tentang sakit BP ini mungkin bisa kontak saya, untuk saling sharing dan kasih masukan/dukungan, karna saya tau kondisi psikis juga jadi down, walaupun yang baca komen saya ini sudah berada di tahun berikutnya, boleh tetap kontak saya siapa tau saya bisa bantu dalam hal pengobatan dll, semoga saya dan teman" bisa cepat pulih , dan jangan sungkan tanya ke saya untuk kita saling kasih tips 🥰 dan bantuan dikala saya sudah sembuh pasti akan saya beri tau tips lengkapnya 💕
Pengobatan yang sudah saya lakukan pertama memeriksakan ke dr saraf, fisioterapi, dan latihan mandiri di rumah.
Kini saya masih menjalani terapi dan pemijatan. Saya mulai merasakan kesembuhan walau belum 100%.
Terima Tuhan, Engkau masih memberi hamba kesempatan untuk tetap bisa tersenyum 🙏🙏
Posting Komentar