Konten [Tampil]
Gunung-gunung yang terkenal biasanya memiliki
ketinggian hingga ribuan meter. Khusus di Pulau Jawa, memang banyak terdapat
gunung-gunung favorit dengan ketinggian hingga menembus langit di atas ribuan meter di atas permukaan laut. Sebut saja Gunung Semeru di
Provinsi Jawa Timur yang merupakan gunung tertinggi di Tanah Jawa dan Gunung
Slamet yang menjadi penyangga langit Provinsi Jawa Tengah; keduanya merupakan
gunung terkenal yang menjadi tujuan berbagai kalangan.
Gunung Tidar
Sumber: http://www.magelangkota.go.id/arsip/albumgaleri/seputar-kota-magelang
Tidar di Kota Magelang
Jika nama Tidar disebut, mungkin belum banyak orang
yang menyadarinya. Nama tersebut merupakan nama dari sebuah bukit atau gunung
yang terletak di tengah Kota Magelang. Wajar saja jika tidak banyak orang yang
tahu mengenai Gunung Tidar, walaupun Magelang menjadi kota transit antara
Yogyakarta dan Semarang karena tinggi gunung tersebut hanya 503 meter di atas
permukaan laut.
Peta Magelang |
Sebenarnya tidaklah
sulit untuk menemukan Gunung Tidar karena keberadaannya yang cukup mencolok.
Begitu memasuki wilayah Kota Magelang dari arah selatan (Yogyakarta), akan ada
sebuah bukit besar yang menjulang tinggi dengan lebat pepohonannya di sebelah
kiri jalan utama. Memang terlihat hanya seperti sebuah bukit biasa, akan tetapi
Gunung Tidar memiliki kisah legenda yang menarik tentang asal mulanya hingga
awal penyebaran Islam di tanah Jawa.
Legenda Gunung Tidar; Paku Pulau Jawa
Zaman dahulu kala, Pulau Jawa belumlah seperti ini
dengan tingginya angka kepadatan penduduknya. Hanya ada hutan belantara di atas
Pulau Jawa dan tidak ada seorang pun yang berani tinggal di sana karena konon
pada saat itu juga Pulau Jawa bagaikan sebuah perahu di tengah laut yang mudah
oleng jika terkena ombak. Keadaan tersebut membuat pada Dewa tidak bisa tinggal
diam.
Para Dewa kemudian berkumpul dan mendiskusikan
bagaimana cara untuk membuat Pulau Jawa berdiri tenang dan tidak lagi
terombang-ambing oleh ombak. Berbagai cara ditempuh, namun sayangnya gagal.
Hingga pada akhirnya muncul sebuah ide dari para Dewa dengan cara menancapkan
sebuah paku raksasa tepat di tengah-tengah Pulau Jawa.
Upaya tersebut pun
berhasil. Setelah sebuah paku raksasa tersebut ditancapkan tepat di bagian
tengahnya, Pulau Jawa tidak lagi terombang-ambing oleh hantaman ombak lautan
dan menjadi tenang. Masyarakat mempercayai bahwa konon paku yang ditancapkan
itu adalah Gunung Tidar yang mana jika dilihat dari letaknya memang berada di
tengah-tengah Pulau Jawa.
Legenda Syekh Subakir dan Awal Penyebaran Islam di
Pulau Jawa
Gunung Tidar memiliki kisah legenda lainnya.
Diceritakan bahwa konon pada zaman dahulu kala, Gunung Tidar merupakan kawasan
yang sangat angker dan menjadi pusat berkumpulnya jin, setan, dan bangsa
dedemit lainnya. Pemimpin dari bangsa dedemit ini adalah Kiai Semar yang mana
tidak akan segan mengutus prajuritnya berupa genderuwo dan raksasa untuk
menghabisi orang yang mendekati atau tinggal di sekitar Gunung Tidar. Maka
gunung ini bernama Tidar yang berarti MATI LAN MODAR dan mendapat julukan Jalma Mara Jalma Mati (Siapa yang Berani
Mendekat maka Akan Mati).
Menurut Babad Tanah Jawa, datanglah seseorang yang
merupakan utusan Sultan Muhammad I dari Kerajaan Turki Usmani di Istambul untuk
menyebarkan Agama Islam di Tanah Jawa. Akan tetapi dalam perjalanannya untuk
menyebarkan Islam, beliau mendapat rintangan dari makhluk halus penguasa Tanah
Jawa. Syekh Subakir yang memang hali dalam hal rukyah menggunakan batu hitam
dari Arab yang sudah dirukyah dan memasangnya di Gunung Tidar yang merupakan
pusat kekuatan ghaib Tanah Jawa.
Petilasan Syekh Subakir |
Batu hitam tersebut memancarkan hawa panas bagi
makhluk halus sehingga mereka lari tunggang langgang menyelamatkan diri karena
tak kuat menahan hawa panas tersebut. Mengetahui hal tersebur, Kiai Semar yang
merupakan penguasa bangsa jin yang telah bersemayam di Gunung Tidar selama 9000
tahun keluar dan mencari sumber dari hawa panas tersebut.
Kiai Semar pun bertemu dengan Syekh Subakir dan
menanyakan apa maksud dari peletakan batu hitam tersebut. Syekh Subakir
menjawab bahwa maksud dari peletakan batu hitam tersebut adalah untuk mengusir
bangsa jin dan dedemit yang mengganggu upaya penyebaran Agama Islam di Tanah
Jawa. Perdebatan pun terjadi di antara mereka dan akhirnya terjadilah adu
kekuatan. Pertempuran akhirnya berhasil dimenangkan oleh Syekh Subakir. Kiai
Semar yang kewalahan akhirnya mengizinkan beliau beserta para ulama untuk
menyebarkan Agama Islam di Tanah Jawa.
Versi lain mengatakan
bahwa Syekh Subakir juga membawa serta senjata bernama Kiai Sepanjang. Senjata
ini berupa sebuah tombak sakti yang panjang. Saat tombak Kiai Sepanjang
ditancapkan di Puncak Gunung Tidar, hawa panas langsung menyerang para jin dan
dedemit yang mendiami Gunung Tidar sehingga mereka lari meninggalkan Gunung
Tidar. Usai menyelesaikan tugasnya menumbali Tanah Jawa, Syekh Subakir kembali
lagi ke tempat asalnya yaitu Turki.
Gunung Tidar, Magelang
Kini Gunung Tidar
banyak dikunjungi oleh masyarakat dengan tujuan yang bermacam-macam. Kunjungan
favorit adalah untuk berziarah, pada saat hari libur banyak masyarakat dari
lain daerah yang berkunjung untuk berziarah di petilasan Syekh Subakir. Masyarakat
pun banyak yang berkunjung ke Gunung Tidar untuk keperluan wisata dan olah
raga. Rimbunnya pepohonan membuat keadaan di Gunung Tidar begitu sejuk dan
rimbun.
Hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk
sampai di puncak Gunung Tidar dengan melewati jalan yang sudah ditata rapi
dengan tangga-tangganya. Sebelum mencapai puncak, perjalanan akan melewati 2
buah petilasan yaitu petilasan Syekh Subakir dan makam Kiai Sepanjang; tempat
senjata tombak milik Syekh Subakir diletakkan yang berbentuk seperti makam
dengan panjang mencapai 7 meter.
Berjalan menuruti tangga lebih ke atas lagi,
maka sampailah di puncak Gunung Tidar berupa lapangan yang cukup luas. Terdapat
sebuah tugu di tengah-tengah lapangan luas tersebut yaitu Tugu Paku Pulau Jawa
yang memiliki ukiran huruf jawa “sa” di sampingmya berarti Sapa Salah Seleh (Siapa yang Berbuat Salah Pasti Akan Kalah). Tugu
ini merupakan simbol bahwa Gunung Tidar merupakan paku Tanah Jawa.
Masih ada beberapa petilasan yang bisa ditemui
di puncak Gunung Tidar ini, yang pertama yaitu petilasan Eyang Ismoyo Jati atau
Eyang Semar. Bentuk dari petilasan ini berupa kerucut kuning besar yang
dikelilingi oleh dinding bata. Ada sebuah pohon jati yang berdiri di
tengah-tengah petilasan yang konon tidak bisa ditebang.
Terdapat pula petilasan tempat pertapaan
Pangeran Purboyo di pohon beringin dekat lapangan sekitar puncak. Sementara
terdapat Monumen Akademi Militer yang berdiri di titik tertinggi Gunung Tidar.
Posting Komentar
Posting Komentar