Konten [Tampil]
Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki 2
musim dalam 1 tahun; yakni musim hujan dan musim kemarau. Pengetahuan tersebut
tentunya sudah diajarkan di bangku sekolahan sehingga sudah diketahui oleh
banyak orang. Pembagian 2 musim tersebut membuat masyarakat Indonesia dapat
mempersiapkan diri untuk menyambut musim hujan dan kemarau dengan
sebaik-baiknya.
Awan Hujan
Musim di Indonesia
Letak Indonesia yang berada di sekitar garis khatulistiwa membuatnya hanya memiliki 2 musim saja dan tidak memiliki musim dingin bersalju seperti di negara-negara lain yang letaknya jauh dari garis khatulistiwa. Hal tersebut terjadi karena intensitas paparan cahaya matahari yang tinggi di daerah khatulistiwa sepanjang tahun sehingga menjadikan Indonesia memiliki iklim tropis dengan suhu udara yang relatif hangat.
Letak Indonesia
Perbedaan musim di Indonesia dipengaruhi oleh gerak semu tahunan matahari yang mana selalu berpindah dari garis khatulistiwa menuju garis lintang balik utara pada 23,5o LU kembali ke khatulistiwa, bergerak menuju garis lintang balik selatan pada 23,5o LS, kemudian kembali lagi ke khatulistiwa. Perpindahan posisi matahari ini memang tidak begitu memengaruhi suhu udara di Indonesia, akan tetapi perubahan suhu yang drastis di belahan bumi utara dan selatan menyebabkan perubahan pola angin sehingga menyebabkan musim hujan dan kemarau bagi Indonesia.
Musim Hujan
Sama seperti namanya, tentu saat musim hujan curah
hujan yang turun di Indonesia begitu tinggi. Kondisi cuaca saat musim hujan
tidaklah stabil, selain sering terjadi hujan seringkali fenomena angin kencang
dan petir juga turut menyertai sehingga dibutuhkan persiapan untuk
mengantisipasinya. Curah hujan yang tinggi juga menyebabkan kejadian bencana
alam seperti banjir dan tanah longsor yang mana selalu menjadi pekerjaan rumah
pemerintah setiap tahunnya.
Hujan
Musim hujan di Indonesia terjadi antara bulan Oktober
hingga April. Saat itu posisi matahari berada di lintang selatan yang
menyebabkan Benua Australia mengalami musim panas sehingga menghasilkan daerah
bertekanan rendah di kawasan tersebut. Sebaliknya di Benua Asia yang berada di
lintang utara mengalami musim dingin dan menghasilkan daerah tekanan tinggi di
kawasan tersebut.
Pola Angin Musim Hujan
Hukum Buys Ballot
menyatakan bahwa udara begerak dari tempat bertekanan tinggi (dingin) ke tempat
bertekanan rendah (panas) sehingga saat musim hujan aliran udara adalah dari
Benua Asia yang dingin ke Benua Australia yang lebih hangat. Angin tersebut
bergerak melalui kawasan laut yang luas sehingga membawa banyak uap air ke
kawasan Indonesia. Oleh karena itu curah hujan di Indonesia menjadi tinggi
sehingga musim tersebut adalah musim hujan.
Musim Kemarau
Saat musim kemarau, curah hujan di Indonesia jauh
berkurang daripada saat musim hujan. Kondisi cuaca saat musim kemarau lebih
tenang dan juga lebih cerah. Kemungkinan besar tidak ada badai, angin kencang,
dan petir saat musim kemarau. Akan tetapi musim kemarau yang terlampau panjang
akan menyebabkan bencana seperti kekeringan dan kebakaran hutan.
Kekeringan
Musim kemarau di Indonesia terjadi antara Bulan Mei
hingga September di mana saat itu posisi matahari berada di lintang utara.
Posisi matahari tersebut membuat Benua Australia mengalami musim dingin dan
Benua Asia mengalami musim panas. Tekanan udara yang dihasilkan pun menjadi
kebalikannya di mana tekanan udara tinggi berada di Benua Australia dan
tekanan rendah berada di Benua Asia yang suhu udaranya lebih hangat.
Pola Angin Musim Kemarau
Aliran udara menjadi
turut berubah, kali ini udara bergerak dari Benua Australia menuju Benua Asia.
Udara yang bergerak kali ini melewati kawasan daratan yang luas, terutama
Australia yang terdapat gurun pasir sehingga hanya membawa sedikit uap air ke
kawasan Indonesia. Hal tersebut membuat Indonesia saat itu mengalami musim
kemarau.
La Nina 2016
Ada yang berbeda dengan pola musim yang terjadi pada
tahun 2016 ini. Awan hujan masih tetap setia menggantung di langit NKRI selama
rentang Bulan Mei hingga September 2016 ini yang semestinya adalah giliran
musim kemarau. Beragam spekulasi pun mulai banyak bermunculan di antaranya
adalah pola musim yang sudah rusak karena kondisi alam yang semakin rusak pula.
Menurut berbagai
sumber, kejadian musim hujan berkepanjangan di tahun 2016 ini disebabkan karena
adanya fenomena LA NINA. Fenomena LA NINA sendiri adalah menghangatnya suhu
laut di Samudera Pasifik sebelah barat sekitar Indonesia dan Australia;
kemudian suhu laut di Samudera Pasifik tengah sekitar khatulistiwa yang menjadi lebih
dingin. Hal tersebut membuat arus udara dari Samudera Pasifik yang membawa
banyak uap air, lebih kuat mengalir ke arah Indonesia dan Australia sehingga
curah hujan pun meningkat.
El Nino dan La Nina
Kondisi perairan Indonesia yang lebih hangat dengan
rata-rata 1,5o hingga 2,5o juga membuat penguapa di atas
perairan Indonesia menjadi lebih tinggi sehingga mendukung pertumbuhan awan
hujan. Kondisi ini merupakan kebalikan dari fenomena EL NINO yang terjadi pada
tahun 2015. Saat itu langit Indonesia begitu cerah pada bulan Mei-September
dengan curah hujan yang begitu rendah sehingga memicu bencana kekeringan dan
kebakaran hutan di berbagai daerah NKRI.
EL NINO sendiri
merupakan suatu fenomena di mana suhu laut di Samudera Pasifik tengah dan
sebelah timur (sekitar Amerika Selatan) menjadi lebih hangat; kemudian suhu
laut di Samudera Pasifik barat di sekitar Indonesia dan Australia menjadi lebih
dingin. Kondisi tersebut membuat uap air mengalir dari atas perairan NKRI
menuju perairan yang lebih hangat tersebut sehingga pembentukan awan hujan tidak
terjadi. Kondisi perairan yang dingin juga membuat intensitas penguapan air
laut menjadi awan hujan menjadi sangat berkurang. Menurut BMKG, 75% fenomena LA NINA akan terjadi usai EL NINO.
Indian Ocean Dipole Fase Negatif
Letak Indonesia yang berada di antara 2 samudera besar
yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia membuat kondisi cuacanya sangat
dipengaruhi oleh keadaan kedua lautan tersebut. Tidak hanya EL NINO dan LA NINA
saja, kali ini fenomena yang terjadi adalah IOD (Indian Ocean Dipole) yang
terjadi di Samudera Hindia. IOD fase negatif yang terjadi di tahun 2016 juga
turut berperan dalam meningkatkan curah hujan di Indonesia sepanjang tahun.
IOD fase negatif sendiri adalah suatu kondisi di mana
suhu laut di Samudera Hindia sebelah timur sekitar Indonesia dan Australia
menjadi lebih hangat, sementara suhu laut Samudera Hindia sebelah barat sekitar
Benua Afrika menjadi lebih dingin. Hal ini hampir sama dengan LA NINA yaitu
aliran udara dan uap air bergerak ke timur menuju perairan Indonesia sehingga
meningkatkan curah hujan terutama di Indonesia bagian barat.
IOD Positif dan IOD Negatif
Kebalikan dari IOD
fase negatif tentunya adalah IOD fase positif. Saat itu kondisi permukaan laut
di Samudera Hindia sebelah barat sekitar Benua Afrika menjadi lebih hangat,
sementara suhu permukaan laut di Samudera Hindia sebelah timur sekitar
Indonesia dan Australia lebih dingin. Hampir sama dengan EL NINO yaitu aliran
udara dan uap air bergerak dari atas perairan Indonesia menuju perairan yang lebih hangat tersebut sehingga tidak
mendukung untuk proses pertumbuhan awan hujan.
Posting Komentar
Posting Komentar