Konten [Tampil]
Yogyakarta kembali menampilkan pesona keindahan
alamnya. Wisata ketinggian yang menyajikan keindahan bentang panorama alam satu
per satu mulai bermunculan, meskipun Yogyakarta tidak memiliki gunung dengan
ketinggian hingga mencapai ribuan meter. Salah satu wisata alam dari ketinggian
adalah PUNCAK MANGUNAN yang memang menjadi idola bagi wisatawan yang
mengunjunginya. Ternyata tidak hanya Puncak Mangunan saja yang menyimpan pesona
keindahan wisata ketinggian, masih ada lagi tempat dengan pemandangan bentang
alam yang begitu indah saat dilihat dari ketinggian.
Tempat dengan pemandangan yang indah ini ini
adalah Watu Payung. Jika Puncak Mangunan terletak di Kabupaten Bantul, maka
Watu Payung terletak di Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Bedakan dengan Watu
Payung di daerah Semin agar jangan sampai salah tempat jika tujuan sebenarnya
adalah ke Watu Payung di Panggang. Adalah hal yang wajar apabila banyak orang
yang tidak tahu mengenai tempat ini karena memang belum terekspos secara
maksimal.
Objek wisata Watu Payung ini tepatnya terletak
di Geoforest Watu Payung Turunan ujung barat Geopark Gunung Sewu. Secara
administratif letaknya ada di Dukuh Turunan, Desa Girisuka, Panggang, Gunung
Kidul. Sebenarnya jarak menuju lokasi tidaklah jauh dari pusat Kota Yogyakarta,
hanya sekitar 30 kilometer saja dengan waktu tempuh kurang lebih satu jam
perjalanan dengan kendaraan pribadi.
Menuju Watu Payung Panggang
Rute menuju lokasi
Watu Payung Panggang awalnya sama dengan rute menuju JEMBATAN GANTUNG SELOPAMIORO. Cara termudah adalah terlebih dahulu mencapai Terminal Giwangan
yang ada di Jalan Ring Road Selatan Yogyakarta. Perjalanan dilanjutkan sebagai
berikut:
Perempatan Giwangan
- Perjalanan dilanjutkan dengan menyeberangi Jalan Ring Road Selatan terus ke arah selatan memasuki Jalan Imogiri Timur.
Jalan Imogiri Timur
- Cukup lurus saja terus mengikuti Jalan Imogiri Timur tersebut hingga pertigaan setelah Pasar Imogiri yang jika ke timur (kiri) adalah menuju Makam Para Raja Imogiri dan jika ke barat (kanan) adalah menuju Jalan Imogiri Barat.
Ambil Arah Kanan (SPN Selopamioro)
- Ambil arah barat (kanan) hingga nanti ada pertigaan ke arah Selatan (kiri) yang merupakan Jalan Imogiri – Siluk (Arah SPN Selopamioro).
Terminal Giwangan -Geoforest Watu Payung Turunan
- Apabila jalur menuju JEMBATAN GANTUNG SELOPAMIORO adalah belok kiri usai SMP Negeri 2 Imogiri, jalur menuju Watu Payung masih terus mengikuti jalan utama Imogiri-Siluk tersebut.
Plang Belok Kiri
- Usai berkendara cukup jauh dengan medan menanjak dan berkelok di perbukitan, maka di kiri jalan akan ada plang penunjuk jalan yang bertuliskan “Hutan Wisata Watu Payung Turunan 1 km”.
- Belok kiri dan ikuti saja jalan tersebut. Jangan khawatir karena walaupu sempit, tetapi keadaan jalannya cukup baik dan sudah diaspal. Setelah 1 kilometer akan ada tulisan yang menyatakan bahwa lokasi tersebut adalah Geoforest Watu Payung Turunan.
- Perjalanan menjadi agak sulit dari tulisan tersebut sampai ke area parkir kendaraan. Walaupun hanya sekitar kurang dari 5 menit perjalanan, kondisi jalan cukup buruk; hanya jalan bebatuan yang licin dan cukup berlumpur jika basah. Tentu pengunjung harus berhati-hati saat melaluinya.
Jalan Menuju Parkiran
- Setelah dengan sedikit perjuangan, sampailah pada tujuan yaitu Geoforest Watu Payung Panggang. Terdapat sebuah joglo dari kayu untuk berteduh jika hujan dan mushalla. Fasilitas wisata juga sudah dilengkapi dengan toilet.
- Usai memarkir kendaraan, pengunjung harus menyusuri jalan setapak dari batu, melewati hutan jati untuk sampai di spot panorama. Beruntung karena jaraknya hanya dekat dan tidak menanjak sehingga cukup mudah untuk dilalui.
Jalan Setapak di Hutan Jati
Spot Panorama Geoforest Watu Payung
Panggang
Pemandangan yang spektakuler akan langsung menyambut pengunjung begitu keluar
dari hutan jati. Hamparan bentang alam perbukitan yang menghijau seakan memberi
standing aplause akan keberhasilan pengunjung
mencapai lokasi tersebut.
Spot Panorama Geoforest Watu Payung Panggang
Pemandangan alam berupa
Sungai Oya yang berkelok semakin mempercantik suasana; tidak hanya melalui
indera pengelihatan saja, melainkan suara aliran sungainya menghadirkan
suasana yang begitu damai saat didengarkan.
Sungai Oya Berselimut Kabut
Waktu yang tepat untuk mengunjungi tempat ini
adalah pada saat pagi hari, sebelum matahari terbit. Tidak hanya soal waktu,
tapi saat yang juga tepat untuk mengunjunginya adalah pada peralihan musim
hujan dan kemarau sekitar Bulan Mei-Juni.
Samudera Kabut
Syahdunya Pagi
Alasan pemilihan waktu tersebut adalah saat pagi hari pemandangan akan semakin cantik dengan kabut yang melayang-layang, bersandingan dengan hamparan luas perbukitan. Sementara alasan Mei-Juni merupakan waktu yang
tepat karena saat itu posisi matahari mulai berada di lintang utara sehingga
matahari terbit akan terlihat.
Jika berkunjung pada bulan November-Maret atau
pada saat musim hujan, posisi matahari berada di lintang selatan sehingga letak
terbitnya matahari menjadi terhalang oleh perbukitan. Sebaliknya, saat pucak musim kemarau antara Agustus-September, kondisi begitu kering dengan dedaunan pohon yang menguning. Bahkan aliran sungai Oya pun bisa saja mengering jika kemarau panjang.
Lautan Kabut Yogyakarta
Posting Komentar
Posting Komentar