Konten [Tampil]
Prologue
Tajuk dari postingan di
Bulan Mei kali ini adalah berisi tentang explore Yogyakarta, akan tetapi bukan
merupakan kelanjutan dari postingan mengenai GOA JEPANG sebelumnya. Perjalanan
ini berlangsung jauh pada Bulan Mei satu tahun sebelumnya, yang mana saat itu
ES dan teman – teman melakukan perjalanan singkat menjelajah Yogyakarta; tempat
domisili kami saat itu.
Perjalanan 8 Manusia
Sabtu pagi sekitar pukul
07.00 WIB; adalah rencana awal keberangkatan kami ber-8; termasuk ES (Entry Starter). Berikut ini adalah 8
orang tersebut:
Dari kiri: Lik Joko (Nanda Umul R), Boyo (S.H Wicaksono),
Fajar, Alva,
Aji, Tika, dan Desta
Lalu di manakah ES? Yah, seperti biasa karena tidak ada tripod; jadilah
ES menjadi orang yang harus mengabadikan momen. Jika ingin melihat foto ES,
maka bisa dilihat di SINI. Kembali lanjut ke awal kalimat di paragraf kedua tadi;
bahwasanya rencana kami untuk berangkat pukul 07.00 WIB hanya sebatas impian
belaka.
Sabtu pagi tersebut ternyata cuaca di Yogyakarta tidaklah cerah dengan cahaya
matahari paginya. Pagi itu awan hujan menyelimuti langit Yogyakarta; bukan
hanya awan, tetapi hujan juga turut turun dengan derasnya tepat saat jadwal
kami seharusnya berangkat. Sempat rasa putus asa muncul karena hujan yang turun
dengan derasnya, akan tetapi kami tidak langsung pulang dan memutuskan untuk
berkumpul dan menunggu hujan reda di kosan lik Joko.
Ilustrasi Hujan
Cukup lama kami menunggu hujan reda. Saat kami berpikir bahwa perjalanan
ini akan gagal terlaksana, syukur Alhamdulillah
hujan tiba – tiba reda sekitar pukul 09.30 WIB. Semangat kami pun kembali
berkobar untuk melakukan perjalanan. Tujuan dari perjalanan kami saat itu sudah
diputuskan sebelumnya; yaitu menuju jembatan gantung Selopamioro.
Menuju Lokasi
Kami segera berangkat
dengan menggunakan 4 buah motor yang dipacu menuju arah selatan Yogyakarta.
Jembatan Gantung Selopamioro berada di daerah Imogiri sehingga rute kami pertama
adalah dari UGM menuju perempatan sebelah barat Terminal Giwangan yang berada
di Ring Road selatan. Tentunya tidak sulit untuk menemukan terminal ini karena
merupakan terminal utama di Yogyakarta.
Ujung Jalan Imogiri Timur
Perjalanan dilanjutkan dengan menyeberangi Jalan Ring Road Selatan terus
ke arah selatan memasuki Jalan Imogiri Timur. Cukup lurus saja terus mengikuti
Jalan Imogiri Timur tersebut hingga ujung jalan yang mana terdapat sebuah pertigaan;
jika ke timur (kiri) adalah menuju Makam Para Raja Imogiri dan jika ke barat
(kanan) adalah menuju Jalan Imogiri Barat. Kami mengambil arah barat (kanan)
hingga nanti ada pertigaan ke arah Selatan (kiri) yang merupakan Jalan Imogiri –
Siluk. Terus saja kami mengikuti jalan tersebut hingga sampai di sebuah
jembatan dengan rangka baja yang berdiri di atas sungai Oya yang cukup besar.
Kami sempat bingung setibanya di sini karena memang belum ada satu pun dari kami
yang pernah mengunjungi Jembatan Gantung Selopamioro.
Belokan dari SMP Negeri 2 Imogiri
Akhirnya kami memutuskan untuk bertanya kepada masyarakat setempat.
Syukurlah karena kami kembali ke jalan yang benar; usai SMP Negeri 2 Imogiri
kami belok ke arah kiri dan tinggal mengikuti jalan tersebut. Rute usai belok
kiri dari SMP Negeri 2 adalah berupa pedesaan – persawahan – hingga hutan di
kaki perbukitan. Suasana segar dan sejuk, ditambah pemandangan yang indah membuat
kami bisa menikmati perjalanan. Sekitar pukul 10.30 WIB akhirnya kami tiba di
Jembatan Gantung Selopamioro.
Terus Saja Sampai Tujuan
Jembatan Gantung Selopamioro
Keberadaan Jembatan
Gantung Selopamioro tidaklah sulit untuk ditemukan karena bentuknya yang
mencolok dan letaknya yang berada tepat di pinggir jalan. Terdapat pula
parkiran yang memang disediakan untuk memarkir kendaraan pengunjung jembatan
tersebut, termasuk kami.
Lokasi detail Jembatan Gantung Selopamioro ini terletak di Pedukuhan
Wunut, Kedungmiri, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Secara umum jembatan ini
merupakan sebuah jembatan biasa di atas sebuah sungai yang menghubungkan Desa
Selopamioro dan Desa Sriharjo. Jembatan yang dibangun pada tanggal 5 Februari
2002 ini memiliki panjang 9,9 meter dengan lebar 1,5 meter sehingga hanya bisa
dilalui dengan jalan kaki, sepeda, dan motor. Fungsi utama dari jembatan ini
adalah untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat setempat mulai dari
perekonomian, pendidikan, hingga transportasi.
Jembatan ini menjadi spesial karena selain arsitekturnya yang terkesan
klasik, letaknya yang berada di tengah deretan perbukitan dengan pepohonan yang
menghijau. Suasana semakin asri karena letak jembatan ini juga jauh dari jalan
utama dan kota sehingga jauh dari hiruk pikuk dan keramaian. Saat musim
penghujan hijaunya perbukitan berpadu putihnya kabut yang melayang di atasnya
semakin menambah asri suasana dengan suara aliran Sungai Oya di bawah jembatan.
Tentu saja keadaan tersebut membuat lokasi jembatan ini menjadi favorit untuk
berfoto ria, akan tetapi sangat disarankan agar tidak sampai mengganggu
aktivitas sehari – hari masyarakat yang melintasi jembatan tersebut.
Pengunjung juga bisa turun ke tepi Sungai Oya di bawah jembatan untuk
mencari spot menarik di sekitar jembatan. Jangan lupa untuk berfoto di tepi
sungai dengan latar belakang jembatan yang memanjang dari masing – masing sisi
sungai. Sekedar untuk menikmati suasana dan pemandangan pun bisa dilakukan di
sini. Sekilas info saja; jembatan ini juga terletak di bawah Kebun Buah Mangunan
dan terlihat dari sana jika cuaca cerah.
Perjalanan Berlanjut
Usai puas menikmati
suasana Jembatan Gantung Selopamioro dan juga berfoto, kami ber-8 melanjutkan
perjalanan kembali. Saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 11.45 WIB. Tidak
lupa sebelum pergi terlebih dahulu kami membayar biaya parkir yang tidak mahal;
hanya Rp 1.000,00 saja. Well... Perjalanan kami pun berlanjut....
Posting Komentar
Posting Komentar