Konten [Tampil]
Empat hari sebelum bulan April di tahun 2014 berlalu; hari ini akan menjadi hari di mana sebuah kisah sebelumnya yang tak sempurna Tanjakan Tiada Maaf si Sumbing berlanjut. Hari ini kembali aku mendapat ajakan pendakian (sebenarnya bukan ajakan karena aku sendiri yang menawarkan diri) untuk menyambangi gunug Sumbing setinggi 3371 Mdpl.
Sumbing:
Bagiku, ini merupakan kesempatan untuk menuntaskan perjalananku bersama teman – teman seperjuangan pada tahun 2011 kemarin yang harus terhenti di pos Watu Kotak karena semakin menipisnya persediaan air kami. Yah; walau tentu saja kali ini aku bersama teman – teman yang berbeda, namun tetap saja aku bersemangat untuk menyampaikan salam mereka pada puncak sang Sumbing yang belum kesampaian.
MENUJU GARUNG
Langsung saja, hari itu
adalah hari Sabtu; bukan sebuah hari yang bagus sebenarnya untuk melakukan
pendakian karena awan hitam menggantung di langit Yogyakarta saat itu. Aku
bergegas memacu motorku menuju Universitas Islam Negeri Yogyakarta yang menjadi
tempat berkumpul rombongan sebelum berangkat menuju kabupaten Wonosobo; tempat
di mana base camp pendakian gunung Sumbing via Garung berada. Rombongan sempat
saling tunggu sebelum akhirnya semuanya lengkap dan berangkat. Aku berboncengan
dengan teman satu SMA ku + supporter Solo yaitu Arif; mungkin ialah satu –
satunya yang ku kenal cukup baik dalam pendakian kali ini.
Masjid UIN:
Perjalanan menuju
Wonosobo tidak terlalu lancar kali ini, terutama setelah melewati kota Mungkid,
kabupaten Magelang dikarenakan kondisi jalan yang macet sehingga rombongan kami
menjadi terpencar untuk menerobos kemacetan. Kondisi semakin diperburuk dengan
hujan yang mulai turun sehingga membuat mantol harus dikenakan. Sebelum memasuki
Magelang Arif menyuruhku berhenti untuk menunggu rombongan yang mungkin
tertinggal, namun ternyata sebagian sudah berada di depan sehingga kami
memutuskan untuk berhenti di RSJ di utara Magelang.
Pinggir Jalan:
Awan Hujan:
Kami segera melanjutkan
perjalanan melintasi kota Magelang dan akhirnya tiba di sebuah RSJ pinggir
jalan utama Magelang – Semarang yang mana beberapa teman kami sudah berada di
sana. Cukup lama kami berhenti karena masih ada 2 motor di belakang yang
kehilangan arah. Usai semuanya berkumpul kami langsung bergegas menuju
Wonosobo.
Team Istirahat:
Sekitar pukul 17.00 WIB
kami tiba di base camp gunung Sumbing via Garung. Langsung saja kami segera
melakukan persiapan mulai dari menitipkan motor, melakukan persiapan ulang, dan
juga makan. Kami mulai melakukan pendakian sekitar pukul 18.15 WIB.
Peta di base camp:
Dari base camp:
PERJALANAN DIMULAI
Kondisi sudah mulai gelap saat kami melangkahkan kaki dengan menggendong tas – tas carrier dan ransel yang melekat di punggung kami. Kami menyempatkan diri terlebih dahulu untuk melakukan sholat Maghrib yang dijamak Isya di masjid dekat base camp sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan kembali. Kami melalui jalur baru kali ini; yaitu belok kiri di pertigaan yang mana ada plang penunjuk jalan jalur lama dan baru. Rute awal adalah melewati daerah perkebunan penduduk yang membentang di samping kanan dan kiri kami.
Jalur melintasi perkebunan penduduk tidak seperti di jalur lama yang sangat panjang karena kami segera masuk ke dalam hutan yang menjadi rute kami selanjutnya. Kondisi yang sudah gelap membuat kami lebih berkonsentrasi pada jalur pendakian khas gunung Sumbing yang menanjak. Kali ini tanjakan tersebut semakin diperparah dengan kondisi yang licin setelah diguyur hujan sehingga menyebabkan rawan terpeleset. Ada yang menarik di jalur baru ini terutama pada musim penghujan karena rutenya melewati sebuah air terjun kecil sehingga dapat digunakan untuk mengisi kembali air minum. Kami cukup banyak berhenti untuk beristirahat beberapa kali dan juga makan di pos 2 dikarenakan kondisi yang memang sangat menguras tenaga.
Kesel rek:
Sekitar pukul 02.00 WIB
kami tiba di pos 3 yang menjadi tempat ngecamp
kami. Benar – benar berat rasanya karena perlu diketahui bahwa pos 3 ini
barulah setengah perjalanan sehingga kami memutuskan untuk mengisi tenaga untuk
pendakian esok hari. Kondisi medan tak lagi berupa hutan dan berupa punggungan
bukit yang berbatu dengan rerumputan yang tak terlalu tinggi.
SETENGAH PERJALANAN
Perlahan pagi tiba,
bukan pagi yang penuh kehangatan seperti biasanya, bukan pagi yang indah karena
awan hujan menggantung luas di langit Wonosobo dan Temanggung membuat suram suasana.
Langit timur juga berawan sehingga memunculkan kekhawatiran bahwa sunrise tidak akan terlihat, namun tak
lama kemudian syukur Alhamdulillah karena matahari pagi mulai menampakkan
dirinya dari balik punggungan dengan cerah sehingga cukup untuk menghangatkan
diri. Matahari memang bersinar cerah di sebelah timur, namun hal tersebut tak
berlangsung lama karena awan hujan masih setia menggantung di langit gunung
Sumbing sehingga suasana kembali suram.
Pagi suram:
Pagi suram:
Pagi suram:
Sunrise:
Mulai terang:
Sunrise:
Tambah terang:
Sunrise:
Sunrise:
MENUJU PUNCAK
Sempat beripir berkali – kali untuk memutuskan apakah akan melanjutkan perjalanan ke puncak atau tidak. Akhirnya kami memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan ke puncak walaupun awan hujan sudah menanti kami di depan. Benar saja, setelah memasuki pos IV Pasar Watu kabut tebal sudah menemani kami sehingga kami harus berkonsentrasi karena jurang menganga di samping kanan dan kiri kami. Perjalanan kami berlanjut hingga pos V Watu Kotak; kabut tampak sesekali menghilang sehingga pemandangan ke arah timur dan selatan terlihat, namun kondisi tersebut tak berlangsung lama karena usai kami melewati pos Watu Kotak kabut tebal senantiasa setia mendampingi kami hingga puncak.
Awan menggantung:
Tanjakan:
Pasar Watu:
View:
Watu Kotak:
Watu Kotak:
View:
PUNCAK
Tanjakan:
Pertigaan puncak:
Sekitar pukul 09.30 WIB
kami tiba di puncak gunung Sumbing secara terpisah, walaupun bukan merupakan
puncak tertinggi / sejati karena hanya bisa dicapai dengan menggunakan alat
bantu panjat tebing. Kami sampai dengan terpisah karena sebagian rombongan
berada di puncak buntu, sementara sebagian lagi termasuk aku berada di puncak
kawah. Kondisi di puncak berkabut tebal sehingga pemandangan hanya terbentang
menuju area sekitar kawah. Kawah gunung Sumbing berupa sebuah cekungan yang
cukup luas dengan kawah utama berada di tengahnya yang berwarna putih dan
mengeluarkan asap, sementara di sebelah timur laut terdapat kawah mati seperti
danau kawah. Ada yang unik di kawah gunung Sumbing karena terdapat sebuah makan yang terletak di kawahnya.
Puncak:
Puncak Kawah:
Puncak Kawah + Puncak Sejati:
Ane di Puncak:
Bareng Cewek Wonosobo:
Kuburan:
HADANGAN BADAI PETIR
Cukup lama kami menikmati suasana puncak walaupun di tengah kondisi yang berkabut mengingat beratnya rute menuju puncak gunung Sumbing ini. Setelah sekitar satu jam menikmati puncak kami kembali turun. Cuaca semakin memburuk ketika kami sedang dalam perjalanan turun; kabut semakin pekat dan suasana semakin gelap diiringi dengan datangnya hujan gerimis, pertanda bahwa kami berada di tengah – tengah awan hujan. Sebenarnya aku masih agak santai dengan kondisi tersebut, namun saat suara petir mulai terdengar aku mulai mempercepat langkahku sembari berharap dan berdoa agar tidak tersambar petir dan segera berlindung di tenda yang didirikan di pos 3. Saat ini saya berjalan sendiri karena rombongan tercerai berai.
Jelas ketakutan dan
kepanikan menghampiriku saat itu, terlebih hujan mulai turun dengan derasnya
sehingga aku segera memakai mantol; ditambah petir yang mulai menyambar,
suaranya terdengar sangat dekat sekali dari lembah di timur tempatku berdiri.
Ketakutan ini sangat wajar karena aku berjalan di punggungan bukit tanpa
pepohonan sehingga kemungkinan tersambar petir meningkat karena punggungan
seperti ini adalah tempat rawan petir menyambar, bahkan aku sampai bisa berlari
di bawah guyuran hujan menapaki jalur yang berubah manjadi semacam sungai kecil
yang sangat licin. Alhamdulillah karena aku bisa mencapai tenda dengan selamat,
langsung saja aku masuk ke tenda yang di dalamnya sudah ada beberapa orang dan
berharap petir tidak menyambar tenda ini.
Dark:
Setelah beberapa saat
cuaca badai mulai mereda, hujan perlahan mulai berkurang dan petir pun tak lagi
menyambar – nyambar. Kami keluar tenda untuk melihat keadaan dan menunggu teman
kami yang masih di atas, berharap mereka baik – baik saja. Syukur Alhamdulillah
lagi karena semua bisa kembali berkumpul dengan selamat walaupun usai diliputi
oleh ketakutan yang sama. Kami akhirnya mulai turun melalui jalur lama dan tiba
di base camp sekitar pukul 19.00 WIB setelah berjibaku melewati jalur lama yang
sangat licin. Hal terpenting adalah kami berhasil turun dari gunung Sumbing
dengan selamat. Syukur Alhamdulillah...
Posting Komentar
Posting Komentar