Konten [Tampil]
Prologue
Siang hari terasa panas seperti biasanya, ya udara di
musim hujan memang selalu lembab dan panas di siang hari karena panas yang
terperangkap di awan. Tanggal 6 April 2012 semakin dekat, tanggal 6 April yang
bukan sekedar tanggal 6 April biasa, pada tanggal itu kami perwakilan dari
jurusan Sastra Inggris
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada akan berangkat ke Malaysia untuk
mengikuti Festifal of Colours 2012 (FESCO) di Universiti Teknologi Petronas,
Perak, Malaysia. Hmm, benar-benar sebuah kesempatan emas bagi kami untuk mendapatkan sebuah pengalaman yang berharga,
tinta emas dalam hidup kami mahasiswa Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya UGM.
Di sana kami akan menampilkan tarian kecak, bukan sekedar kecak Bali tapi sebuah
tarian kecak nusantara.
IMAJI:
Semakin mendekati tanggal 6 April, latihan kami semakin berat. Latihan vokal yang serasa mencekik tenggorokan serta latihan kuda-kuda yang melelahkan setiap Selasa dan Kamis malam menjadi agenda wajib bagi kami semua untuk menuju FESCO di samping latihan blocking di panggung. Hmm.. Rasa malas dan bosan senantiasa setia menggoda kami semua dalam mempersiapkan diri, bagaimana tidak sudah sehari full capek kuliah, malamnya masih ditambah dengan latihan kecak yang tambah membuat kami lelah, untuk membayangkannya saja sudah benar-benar malas rasanya untuk berangkat. Ya walaupun begitu rasa tanggung jawab kamilah yang akhirnya mengalahkan godaan-godaan tersebut. Kami sadar bahwa FESCO besok itu merupakan event besar kami yang membutuhkan persiapan yang besar pula untuk bisa menampilkan hasil yang terbaik di sana nanti.
Tempat latihan:
Berat memang persiapan kami, tapi kami senantiasa
selalu saling mensupport satu sama lain, melalui canda-tawa semua kelelahan dan
keletihan yang kami semua rasakan serasa hilang. Walaupun seringkali dijejali
dengan canda dan tawa, bukan berarti kami tidak serius dalam berlatih. Kami
semua tetap sadar bahwa latihan ini sangatlah penting sehingga kami tetap
serius, prinsip “serius tapi santai” selalu senantiasa kami pegang agar tetap
serius berlatih. Tidak lupa pula dukungan dari jurusan Sastra Inggris yang
senantiasa memompa semangat kami. Yang terpenting adalah rasa bangga bisa
mewakili Universitas Gadjah Mada, bahkan membawa nama Indonesia di negeri
tetangga adalah sebuah modal yang amat sangat berharga untuk selalu mengobarkan
api semangat kami. Yah itu semualah yang membuat kami masih bisa bertahan
menghadapi latihan-latihan berat mendekati tanggal 6 April 2012, hari di mana
kami akan berangkat ke negeri seberang yaitu Negeri Jiran, Malaysia.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Malaysia, Here We Go
.
Pose sebelum berangkat:
Akhirnya hari
keberangkatan pun tiba. Hari Jumat, 6 April 2012 tepatnya pukul 07.00 WIB kami
berkumpul di bandara internasional Adisutjipto Yogyakarta yang akan menjadi
titik awal keberangkatan. Kami mulai lepas landas dengan pesawat Air Asia pada
sekitar pukul 09.00 WIB, cuaca yang saat itu masih cukup cerah membuat kami
dapat melihat pemandangan negeri kami yang sangat mengagumkan dari ketinggian.
Perjalanan menuju Malaysia kami tempuh selama kurang – lebih dua jam saat kami
tiba di bandara internasional Kuala Lumpur, Malaysia.
Flying:
Flying Again:
Malaysia International Airport:
Bus Jemputan:
Rumah Makan:
Sore harinya kami tiba
di UTP, di sini para cewek turun dari bus karena penginapan mereka terletak di
asrama mahasiswa di dalam kampus. Sementara para cowok penginapannya ada di
kompleks perumahan dosen yang kemudian dibagi menjadi tiga kelompok. Sore hari
kami hanya istirahat sebentar saja, usai mandi sekitar pukul 18.00 WIB kami
harus kembali bersiap menunggu jemputan bus yang akan membawa kami ke UTP untuk
menyaksikan pertunjukan EOG (Ensamble of Gamelan) yang diadakan di Chancellor
Hall UTP pada malam harinya, pada saat ini kami bertemu perwakilan UGM lainnya
di EOG yaitu teman – teman dari UKJGS (Unit Kesenian Jawa Gaya Surakarta).
Malam ini kami juga diberi kesempatan untuk melihat panggung pementasan FESCO
yang berada tak jauh dari tepat diadakannya EOG. Usai pagelaran EOG usai kami
kembali ke penginapan untuk istirahat dan mempersiapkan diri untuk gladhi
bersih besok.
With UKJGS:
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Second Day
Tanggal 7 April 2012,
jadwal untuk hari ini adalah gladhi kotor pada pagi hari yang kemudian
diteruskan dengan gladhi bersih pada sore hari dan juga pementasan pada malam
harinya. Pagi hari kami sudah harus siap untuk berlatih langsung di tempat
pentas agar pentas gladi bersih kami maksimal. Benar – benar hari yang
melelahkan, jelas karena latihan yang kami lalui selalu melelahkan terutama
bagi kaki dan tenggorokan, namun itulah kewajiban yang harus kami lakukan. Hari
ini kami hanya berada di kompleks UTP karena memang kami harus fokus untuk
berlatih dan mempersiapkan diri.
Tempat Pentas:
Usai Gladhi:
Pada sore harinya
gladhi bersih pun dimulai, kami mulai berlatih dengan sungguh – sungguh di
tempat yang akan kami gunakan untuk pentas nanti malam. Benar – benar hari yang
melelahkan sebab hari ini fisik kami masih kelelahan akibat dari perjalanan
panjang kemarin dan juga tidur yang kurang, bahkan Eric selaku leader dalam
kecak sudah mulai kehilangan suara karena flu. Kondisi fisik yang demikian
membuat kami harus pintar – pintar memompa semangat.
Usai Pentas:
Malam pun tiba, saatnya kami untuk mengerahkan
segala kemampuan kami demi nama baik universitas, bangsa, serta negara.
Ternyata pementasan pada malam hari ini mendapat penilaian dari pihak dewan
juri yang mana hanya yang mendapat nilai baik lah yang akan tampil di Dewan
Philharmonic, Petronas Tower. Hal yang paling mendebarkan tentu saja adalah
penilaian setelah kami tampil, sayangnya kami tidak berhasil untuk mendapatkan
nilai maksimal. Keputusasaan sempat menghampiri kami, namun menjelang akhir
acara panitia mengumumkan bahwa kami selaku perwakilan dari Indonesia berhak
tampil di Dewan Philharmonic, yup tentu saja kami semua senang karena mendapatkan
kesempatan itu.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Third Day
Agenda hari ketiga ini
ialah touring alias jalan – jalan keliling negeri jiran, sebuah kegiatan yang
juga melelahkan, namun bagusnya ialah tak lagi menguras mental kami. Sayangnya
satu dari teman kami yaitu Eric tidak bisa mengikuti agenda hari ini karena
sakit sehingga ia memutuskan untuk istirahat saja di penginapan. Tempat –
tempat yang kami kunjungi antara lain adalah:
1. Masjid
Ubudiah
Masjid ini
terletak di di Bukit Chandan, Kuala Kangsar, Perak dianggap salah satu
masjid terindah di Malaysia dan merupakan simbol kebanggaan dan kepercayaan untuk
kaum Muslim di Perak. Kubah emas dan menara masjid
adalah bukti dari keindahan seni bangunan Islam. Pembangunan masjid
Ubudiah bermula dari zaman Sultan Idris Murshidul
Adzam Shah I, Sultan Perak ke-28. Pembinaan Masjid Ubudiah pernah tertunda saat
dua ekor gajah kepunyaan Sultan Idris dan Raja Chulan telah berkelahi yang
mengakibatkan ubin marmer yang dibawa masuk dari Italia untuk
pembangunan masjid tersebut habis pecah. Masjid Ubudiah telah diresmikan
pembukaannya oleh Sultan Jalil Karamatullah Shah pada tahun 1917. (Wikipedia).
MAsjid Ubudiah:
Masjid Ubudiah:
Masjid Ubudiah:
2. Istana
Kenangan
Istana ini dibangun pada tahun 1926 untuk Sultan
Iskandar Shah oleh pengrajin kayu Malaysia bernama Sepian dari Bukit Mertajam
dengan bantuan dua anaknya yaitu Zainal Abidin dan Ismail. Istana ini
sebelumnya dikenal dengan nama Istana Lembah karena lokasinya. Istana ini
menjadi kediaman resmi antara tahun 1931 dan 1933. Namun setelah selesainya Istana
Iskandariah, Istana kenangan digunakan untuk menjadi tuan rumah dari reepsi
kerajaan dan di mana tamu istana menginap. Istana Kanangan memiliki dua lantai tinggi dengan lantai atas terdiri dari kamar tidur, kamar tidur keluarga dan ruang makan. Lantai dasar ini pernah digunakan sebagai kantor resmi kerajaan di mana lantai
aslinya terbuat dari kayu solid, namun lantai kayunya diganti oleh marmer. Kini Istana itu
menjadi salah satu peninggalan sejarah di Perak. Menurut guide yang bersama
kami, istana ini dibangun tanpa menggunakan paku. Sayangnya, kami hanya bisa
untuk melihatnya dari dalam bus.
Istana Kenangan:
3. Istana Ulu
Istana Ulu:
Istana Ulu:
Perjalanan selanjutnya bisa
dibilang ialah wisata kuliner yang mana kami diberi kesempatan untuk mencicipi
makanan khas negeri Jiran yang menurut masing – masing lidah kami rasanya
berbeda – beda. Ada yang bilang enak, biasa, hingga tidak enak, tapi setidaknya
kami tahu makanan khas negeri tetangga yang tentunya berbeda dengan makanan
yang sehari – hari kami makan.
View:
View II:
Usai makan siang perjalan
dilanjutkan dengan mengunjungi sentra pembuatan keramik yang berada di sebuah
desa. Apabila sekilas dilihat dan dirasakan keadaanya, terkesan hampir tidak
ada bedanya dengan di Indonesia, mungkin karena masih sama – sama terletak di
Asia Tenggara.
Sore harinya kami kembali diberi
kesempatan untuk mencicipi hidangan khas Negeri Jiran. Tempat yang menjadi
tujuan kami ini terletak di tepi sebuah sungai besar. Lagi – lagi keadaanya
hampir sama dengan di Indonesia. Sore ini makanan yang kami santap berupa mie
dengan bumbu serta tambahan yang khas, salah satunya ialah parutan bunga. Kembali
makanan ini menuai berbagai macam komentar dari masing – masing lidah kami,
namun karena lapar makanan tersebut tetap kami makan.
Rumah Makan:
View:
View II:
Pose:
Usai makan kami kembali lagi ke
penginapan untuk mandi dan bersiap – siap kembali ke UTP untuk menyaksikan
rangkaian pementasan yang lain. Sesampainya di penginapan kami bertemu kembali
dengan Eric yang ternyata sudah sehat kembali sehingga ia kembali bergabung
bersama kami.
Pementasan:
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Fourth Day
Pada hari ke empat kami mulai
mengemasi barang – barang kami karena kami akan segera meninggalkan homestay di
Perak dan akan menuju ibu kota Malaysia yaitu Kuala Lumpur yang merupakan
tempat di mana agenda kami yang selanjutnya diadakan. Kami berangkat pagi –
pagi sekali denga tujuan agar tidak terkena macet (ternyata di Malaysia ada
macet juga). Cukup jauh perjalanan menuju Kuala Lumpur, namun siang hari kami
sampai juga di sana. Tujuan kami selanjutnya adalah menara kembar Petronas yang
menjadi simbol dari Kuala Lumpur, kami kemari untuk melihat tempat pementasan
kami. Tempat pentas kami berada di dalamnya, bernama Dewan Philharmonic yang
merupakan gedung pertunjukan terbesar kedua di dunia setelah Gedung Opera
Sydney, Australia. Kami cukup terkesan dengan kemegahan tempat pementasan ini,
dan tentu saja sebuah kebanggaan tersendiri bisa pentas di tempat ini yang
kemungkinan besar akan sulit untuk diulang kembali.
Dewan Philarmonic:
Usai melihat tempat pentas agenda
kami selanjutnya adalah berkeliling Kuala Lumpur, itung – itung keliling negeri
tetangga. Kami dibagi menjadi dua kelompok walaupun tujuannya sama dengan
tujuan untuk memudahkan koordinasi. Tak lama kemudian kami pun segera bergerak,
dari Petronas Tower kami berjalan kaki menuju stasiun terdekat karena
perjalanan kami akan menggunakan transportasi umum berupa MRT. Hmm, ternyata
transportasi umum di ibu kota Malaysia ini bisa dibilang lebih maju daripada di
Jakarta. Tentu saja harapan kami adalah semoga sarana transportasi umum di
Indonesia bisa jauh lebih baik untuk ke depannya.
Tujuan pertama kami adalah tempat
semacam mall yang berada tak jauh dari stasiun pemberhentian tempat kami turun
dari MRT. Di sini kami hanya sesaat saja karena harga barang – barangnya
selangit. Kebanyakan dari kami langsung segera keluar dan melanjutkan
perjalanan di kota Kuala Lumpur ini, selanjutnya kami singgah terlebih dahulu di
sebuah tempat semacam toko serba ada yang menjual berbagai macam barang dan
makanan. Sesaat setelah kami selesai berbelanja, tiba – tiba kejadian yang
tidak disangka – sangka terjadi, kami semua baru sadar seorang teman kami yang
berbadan paling besar yaitu Malik tertinggal di Dewan Philharmonic, Petronas.
Penyesalan tentu saja tampak di masing – masing raut muka kami, terutama bagi
Afi yang sebelum berangkat dipamiti terlebih dahulu oleh Malik yang buang hajat
di kamar mandi. Ya sudahlah, mau bagaimana lagi.. Maafkan kami Malik.. hikz
hikz T.T
Perjalanan pun berlanjut ke
sebuah tempat yang bisa kami bilang adalah “Malioboro-nya Kuala Lumpur. Tempat
ini menjual beraneka macam suvenir seperti di Malioboro mulai dari gantungan
kunci hingga baju. Sesampainya di tempat ini kelompok kami mulai depecah
menjadi kelompok yang lebih kecil karena memang kesukaan kami berneda – beda,
namun tentu saja ada kesepakatan bahwa pada jam yang ditentukan (ane lupa gan)
kami harus berkumpul di tempat yang sudah ditentukan pula (ane juga lupa -_-)
KL:
KL:
KL:
Es Teler 77:
Petronas Twin Tower (Night):
Sore hari pun tiba, kami segera
kembali kagi ke Dewan Philharmonic yang selanjutnya dilanjutkan dengan
perjalanan ke hotel milik pihak Petronas yang akan menjadi tempat kami
menginap. Setibanya di Petronas Tower kami bertemu lagi dengan Malik yang
“ngamuk” khas dia karena ditinggal, tentu saja Afi selaku yang dipamiti segera
bersujud di depannya dan meminta maaf karena ia lupa. Sebagai gantinya Afi
membelikan satu paket gantungan kunci khas Malaysia untuk Malik (Ciyeee, so
sweet banget gitu loh..).
Selanjutnya kami segera bertolak
ke hotel tempat kami berada untuk meletakkan barang – barang dan bersiap untuk
menyaksikan pementasan berupa orchestra di Dewan Philharmonic pada malam
harinya. Tak butuh waktu lama bagi kami untuk bersiap – siap karena kami memang
dihimbau untuk bersiap – siap secepat mungkin, setelah semuanya siap kami
segera berangkat menuju Dewan Philharmonic untuk menyaksikan pementasan
orchestra.
Hari pun semakin malam saat
pementasan orchestra usai, kami segera kembali ke bus setelah sebelumnya tentu
saja kami berfoto dengan latar belakang menara kembar Petronas yang menjulang
tinggi di langit malam Malaysia. Segera setelah tiba di hotel kami langsung
beristirahat karena keesokan hari kami harus pentas di Dewan Philharmonic yang
mana merupakan event yang lebih besar dan disaksikan oleh pejabat – pejabat
tinggi Negeri Jiran.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Fifth Day
Hari ini merupakan hari yang
bersejarah bagi kami karena kami akan mendapat kesempatan untuk pentas di
gedung opera terbesar ke dua di dunia. Tentu saja kembali masing – masing dari
kami mempersiapkan diri secara mental lagi untuk menghadapinya dalam perjalanan
menuju Dewan Philharmonic. Beruntung karena kali ini tidak lagi seleksi
sehingga tekanan yang kami emban tidaklah seberat pada saat pementasan
sebelumnya di Chancelor Hall Universiti Teknologi Petronas. Begitu tiba di
lokasi kami langsung menuju tempat transit di bawah panggung untuk segera
melakukan persiapan. Cukup lama kami berada di sini karena kami tidak
diperkenankan untuk menyaksikan pementasan lainnya di bangku penonton.
Tiba saatnya pementasan, yang ada
di benak kami adalah tidak muluk – muluk yaitu segera melakukan semuanya
kemudian tuntas sudah. Tentu saja karena event ini lebih besar dari pementasan
kami yang sebelumnya, kami lebih mengeluarkan kemampuan kami pada saat
pementasan. Syukurlah semuanya berjalan lancar hingga giliran kami usai, soal
bagus atau tidak biarlah itu menjadi penilaian dari yang menyaksikan kami, yang
penting kami telah berusaha untuk tampil semaksimal mungkin.
Usai rangkaian acara pementasan,
semua penampil diminta oleh pihak panitia untuk naik ke atas panggung, tentu
saja panggung tersebut menjadi penuh sesak oleh para penampil yang semuanya
berada di atas panggung. Kami mendapatkan penghormatan dari pejabat – pejabat
UTP dan juga dari pejabat – pejabat Negeri Jiran saat itu, namun itu bukanlah
tujuan utama kami. Yang jelas pengalaman seperti ini sangatlah berharga,
kemungkinan sangat besar kami semua hanya akan mengalaminya sekali saja seumur
hidup kami.
Tapestry of Colour:
Usai pentas kami langsung kembali
ke hotel tempat kami menginap tanpa ganti baju terlebih dahulu karena akan
terlalu lama. Jadilah kami naik bus masih dengan kostum yang sama seperti saat
pentas tadi, bahkan pemeran Shinta, Rama, dan Rahwana masih mengenakan kostum
tari mereka. Sesampainya di hotel kami langsung membersihkan diri dari make up
yang melekat di wajah kami, kemudian yang kami lakukan selanjutnya tentu saja
adalah tidur.
Hotel:
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
The Last Day
Hari ini merupakan hari terakhir
kami berada di Negeri Jiran, Malaysia. Tibalah hari di mana kami akan kembali
lagi ke Tanah Air kami tercinta, Indonesia. Kami berangkat dari hotel pada siang
hari usai melakukan check out dan juga sarapan pagi, serta yang tak kalah
penting adalah berkemas. Perjalanan ke bandara berlangsung cepat karena
letaknya yang tidak terlalu jauh dari tempat kami. Sekitar tengah hari kami
sudah tiba di bandara internasional Malaysia, tentunya kami tidak langsung
terbang karena masih harus menunggu.
Malaysia International Airport Again:
Prepare to Depart:
Cukup lama kami menunggu sehingga
kami harus mengisinya dengan cara membuang – buang waktu dengan berjalan –
jalan, berfoto, serta membeli makanan. Sekitar pukul 15.00 waktu setempat kami
mulai memasuki bandara menuju pesawat kami yang sedang bersiap untuk lepas
landas. Pada pukul 16.30 pesawat kami mulai lepas landas meninggalkan negeri
Jiran Malysia menuju Indonesia. Kami tiba di bandara Ahmad Yani, Semarang
sekitar pukul 17.00 WIB dan kemudian dijemput oleh bus yang telah dipersiapkan
oleh fakultas kami untuk kemudian segera berangkat kembali ke kota Yogyakarta.
Kembali ke Tanah Air:
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Epilogue
Petualangan serta perjalanan
kami, para mahasiswa serta mahasiswi Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada pun
akhirnya berakhir dengan tibanya kembali kami di Yogyakarta. Tentu saja sebuah
kebanggaan tersendiri untuk bisa tampil di negeri tetangga membawa nama
Indonesia tercinta, terlebih lagi mendapatkan kesempatan untuk tampil di gedung
pertunjukan terbaik kedua di dunia merupakan salah satu pengalaman yang tidak
akan pernah terlupakan sepanjang hayat.
Namun, satu hal yang pastinya
lebih penting dari itu semua yaitu adalah kebersamaan kami. Setahun jauh
sebelum hari keberangkatan kami semua sudah mulai berproses, jelas adalah
proses yang sangat panjang dan juga melelahkan. Tidak ada yang namanya mudah
dalam proses kami, seakan jenuh dengan latihan yang seolah menjadi bagian dari
kami pada saat itu, di tengah jadwal kuliah kami yang kian padat. Tapi itulah
cerita kami, cerita panjang yang menjadi bagian dari hidup kami. Sebuah
kebersamaan yang tak akan pernah hilang terhapuskan oleh sang waktu.
Dua tahun saat cerita ini ditulis
kembali. Sudah banyak di antara kami yang sudah selesai dengan pendidikan S1,
beberapa di antara kami sudah berpisah dan akan ada lebih banyak lagi
perpisahan – perpisahan untuk ke depannya karena kami tidak mungkin selamanya
berada di sini. Tapi sekali lagi, yang terpenting adalah kisah ini tidak akan
pernah mati. Mungkin ada banyak yang terlewatkan dalam cerita ini, yah mungkin
saatnya bagi yang lain untuk melengkapi.....
Photo by: Yashinta Difa, Keisa M, Anggara WP
Posting Komentar
Posting Komentar