Konten [Tampil]
5cm. Frasa tersebut tentunya sudah tidak asing lagi
bagi sebagian besar orang di Indonesia. Ya, itu adalah judul dari sebuah novel
karangan Donny Dirgantoro yang telah berhasil membuat banyak orang penasaran
dengan ceritanya yaitu tentang petualangan menggapai “Puncak Abadi Para Dewa” yang merupakan julukan dari puncak
Mahameru, puncak dari gunung Semeru, tanah tertinggi di pulau Jawa. Apalagi pada tanggal 12 Desember 2012 nanti
film ini bakal tampil di layar lebar di seluruh Indonesia yang tentunya akan
menyebabkan makin banyak orang yang penasaran dengan petualangan di gunung
Semeru.
5cm.:
Tentu saja aku sendiri senang dengan novel dan film tersebut karena baru kali ini ada novel yang mengisahkan tentang sebuah petualangan pendakian gunung, sesuai dengan kegemaranku yaitu jalan-jalan menjelajah indahnya alam pegunungan. Bahkan sekarang aku sudah tidak sabar menantikan hari Rabu tanggal 12 Desember 2012, hari di mana film tersebut mulai diputar di bioskop.
Namun sebenarnya dibalik kesenanganku akan munculnya
novel dan film tersebut terdapat sebuah kekhawatiran, bagaikan bayangan gelap
di balik cahaya terang. Apakah itu..?? Novel dan film itu kemungkinan besar
akan menyebabkan lonjakan jumlah pendaki gunung Semeru pada musim pendakian
besok (Juli – Oktober 2013). Orang – orang yang telah menyaksikan petualangan
Arial dan kawan-kawan menggapai puncak Mahameru di dalam novel maupun film 5cm
pastinya juga ingin untuk bisa menapakan kaki di “atap pulau Jawa tersebut”. Hmm..., lalu di mana letak salahnya..??
Puncak Mahameru:
Perlu diketahui bahwa jumlah pendaki yang banyak tiap
tahunnya tersebut selalu menyisakan berbagai masalah menjelang setiap akhir
musim pendakian. Salah satu masalah yang ditimbulkan ialah seperti yang telah
dijelaskan tadi yaitu rusaknya ekosistem di sepanjang jalur pendakian gunung
Semeru. Saat jumlah pendaki Semeru semakin banyak maka makin banyak pula
tanaman yang mati atau rusak, semakin tercemarnya air di danau Ranu Kumbolo
karena minyak dan deterjen yang dibuang oleh pendaki di dalamnya. Jika terus
dibiarkan maka sudah tentu semakin besar pula kerusakan yang dihasilkan.
Masalah sampah juga merupakan masalah klasik di dunia pendakian, semakin banyak
pendaki menapaki Semeru, semakin banyak pula jumlah sampah yang dihasilkan
mulai yang organik berupa sampah hasil sisa makanan dan sampah hasil pencernaan
hingga sampah non organik seperti sampah plastik. Memang sampah organik bisa diuraikan
oleh alam, namun penguraian tersebut membutuhkan waktu yang tidak sebentar,
apabila setiap hari Semeru selalu dijejali oleh para pendaki lalu kapan alam
bisa tuntas menguraikan sampah tersebut..?? Yang paling parah adalah sampah non
organik seperti plastik, sampah ini walaupun sudah seratus tahun sekalipun
belum bisa diuraikan oleh alam sehingga keberadaannya akan sangaat mengancam
kelestarian alam. Memang sudah banyak pendaki yang sadar untuk membawa turun
sampah-sampah plastiknya, namun tidak sedikit pula pendaki yang masih malas
untuk membawa turun sampah plastiknya. Jika terus dibiarkan bisa jadi gunung
Semeru akan menjadi tempat pembuangan
sampah”.
Sampah Pendaki:
Korban Semeru:
photo:
Yah, semoga saja kekhawatiranku tentang rusaknya
ekosistem gunung Semeru hanyalah sebatas kekhawatiran belaka saja dan tidak
terjadi. Tentunya tidak ada kan yang ingin kecantikan serta keindahan gunung
setinggi 3676 Meter di atas permukaan laut itu sirna..
Posting Komentar
Posting Komentar