Konten [Tampil]
Sudah 3 tahun berlalu semenjak perjalanan saya
menggunakan Railbus Batara Kresna yang merupakan salah satu ikon kampung
halaman; Kota Surakarta. Perjalanan saya dengan Railbus pada tahun 2014 silam
sayangnya hanya sampai Stasiun Sukoharjo karena tiket sampai Stasiun Wonogiri yang
sudah habis sehingga saya hanya bisa melakukan EXPLORE SUKOHARJO (Maaf, postingan masih agak rusak) saja. Kali ini
pada Hari Selasa tanggal 3 Oktober 2017 saya kembali mendapat kesempatan untuk
melanjutkan penjelajahan sampai ke Wonogiri yang tertunda tersebut.
Railbus Batara Kresna |
Bangun pada 1/3 Malam
Hari itu untuk
memulai perjalanan kali ini, saya harus bangun pada 1/3 malam yaitu pukul 03.00
WIB. Waktu bangun saya yang begitu pagi tersebut tidak lain adalah karena
jadwal paling awal keberangkatan Railbus Batara Kresna dari Stasiun Purwosari
adalah pukul 04.00 WIB. Tentu saya juga tidak melewatkan ibadah pada 1/3 malam
sebelum berangkat, mengingat banyaknya keutamaan pada ibadah tersebut. Sekitar
pukul 03.50 WIB saya sudah sampai di Stasiun Purwosari karena memang rumah saya
letaknya cukup dekat.
Stasiun Purwosari yang Lengang |
Kondisi Stasiun Purwosari dini hari itu begitu
sepi, hanya ada beberapa penumpang yang menanti kedatangan sang ular besi yang
akan membawa mereka ke tempat tujuannya. Sementara itu Railbus Batara Kresna
sudah nangkring di jalur 1 yang mana sebentar lagi sudah masuk jadwal
keberangkatannya ke Wonogiri. Soal tiket bukan menjadi masalah saat weekdays karena saat weekend biasanya tiket akan cepat ludes
terjual mengingat tingginya minat masyarakat Kota Surakarta-Sukoharjo-Hingga
Wonogiri untuk naik Railbus Batara Kresna ini untuk berwisata. Terlebih harga
tiket yang hanya Rp4.000,00 semakin menarik minat masyarakat.
Railbus Batara Kresna Tujuan Wonogiri |
Saat saya masuk ke dalam, kondisinya begitu
sepi. Kontras dengan kondisi saat weekend
yang mana gerbong akan dipenuhi penumpang. Dini hari itu seakan 1 gerbong
adalah milik saya karena memang hanya sayalah penumpang yang ada di gerbong
tersebut. Sementara itu penumpang lain yang jumlahnya dapat dihitung dengan
jari berada di gerbong berbeda. Tepat pada jadwal keberangkatannya, Railbus
Batara Kresna pun berangkat menuju Wonogiri.
Gerbong Pribadi |
Menembus Gelapnya Dini Hari
Dini hari yang masih
gelap menyebabkan pemandangan ke arah luar tidak begitu jelas. Memang
pemandangan ke arah luar masih terlihat apabila mendekatkan mata sedekat
mungkin ke jendela, tetapi sayang kamera saya tidak bisa mendokumentasikan
pemandangan malam dari jendela railbus karena terlalu gelap. Usai menyusuri
samping jalan Slamet Riyadi, tak lama kemudian railbus sampai di Stasiun Solo
Kota. Langit masih gelap saat railbus memasuki Stasiun Solo Kota, tetapi ada
beberapa penumpang yang naik dari stasiun ini.
Stasiun Solo Kota |
Railbus kembali berjalan sesaat kemudian.
Selanjutnya railbus mulai meninggalkan Kota Surakarta dan memasuki wilayah
Kabupaten Sukoharjo. Pemandangan perkotaan mulai digantikan dengan persawahan
dan perkebunan sehingga keadaannya menjadi lebih gelap daripada saat masih di
Kota Surakarta. Pandangan harus lebih difokuskan untuk bisa memandang ke luar
jendela. Waktu yang sudah memasuki waktu subuh membuat saya harus menjalankan
ibadah Subuh dengan duduk di bangku railbus.
Stasiun Sukoharjo |
Stasiun selanjutnya adalah Stasiun Sukoharjo. Railbus
mulai memasuki stasiun ini pada pukul 05.00 WIB. Langit memang masih gelap,
tetapi sudah tidak lagi segelap saat sampai di Stasiun Solo Kota. Hanya ada
sedikit aktifitas di Stasiun Sukoharjo ini. Pada perjalanan saya sebelumnya,
tiket yang saya pegang hanya sampai di sini. Kali ini perjalanan saya
menggunakan railbus akan terus berlanjut sampai ke Stasiun Wonogiri.
Go Ahead |
Kembali ralibus melanjutkan perjalanannya yang
sudah menempuh setengahnya. Bersamaan dengan berjalannya railbus ke arah
selatan, langit pun perlahan juga semakin terang. Beberapa saat kemudian
pemandangan ke arah luar jendela sudah dapat disaksikan tanpa membutuhkan
perjuangan karena langit yang semakin terang. Kamera saya pun sudah bisa
mengabadikan pemandangan, meskipun hasilnya kurang bagus karena masih termasuk
gelap.
Mulai Terang |
Pemberhentian selanjutnya adalah Stasiun Pasar
Nguter. Stasiun ini berada di dekat perbatasan dengan Kabupaten Wonogiri.
Keadaan yang sudah cukup terang membuat saya mulai banyak menjepret melalui
kamera. Bahkan saya sempat juga untuk turun dari railbus kemudian memfoto
railbus yang sedang berhenti. Tentunya saya melakukannya dengan cepat karena
khawatir tiba-tiba railbus berangkat.
Stasiun Pasar Nguter |
Menyambut Pagi di Railbus Batara Kresna
Perjalanan Railbus
Batara Kresna kembali berlanjut. Sesaat kemudian kami mulai memasuki wilayah
Kabupaten Wonogiri yang ditandai dengan melintasnya railbus di atas sebuah
jembatan cukup besar. Langit yang semakin cerah membuat pemandangan di
kanan-kiri railbus menjadi terlihat. Memasuki Wilayah Kabupaten Wonogiri,
pemandangan berupa pegunungan akan menghiasi pandangan ke arah luar jendela.
Pemandangan Pegunungan |
Beruntungnya pagi itu karena cuaca tidaklah
mendung sehingga matahari terbit dapat disaksikan dari jendela railbus.
Matahari timur yang bulat dan memancarkan cahaya oranye terlihat begitu indah
dari jendela. Tentu momen ini tidak saya lewatkan begitu saja, meskipun untuk
mengabadikannya harus mengambil saat yang tepat, yaitu saat tidak ada pohon
yang menghalangi pandangan ke arah matahari.
Sunrise dari Railbus Batara Kresna |
Selanjutnya railbus mulai memasuki Kota Wonogiri
yang ditandai dengan bergantinya pemandangan berupa sawah dan perkebunan
menjadi pemandangan bangunan-bangunan. Menjelang masuknya railbus di Stasiun
Wonogiri, pemandangan terbuka ke arah timur tersaji berupa bentang Kota Wonogiri
dengan matahari pagi di atasnya yang seolah memancarkan cahaya harapan untuk
kemajuan Kabupaten Wonogiri.
Wonogiri Sunrise |
Akhirnya railbus sampai juga di tujuan akhirnya
yaitu Stasiun Wonogiri pukul 05.45 WIB. Tentu semua penumpang harus turun dari
railbus saat sampai di tujuan akhirnya dan harus membeli tiket lagi jika ingin
kembali ke Kota Surakarta. Perlu diketahui bahwa pihak stasiun mana pun yang
dilalui oleh Railbus Batara Kresna tidak menyediakan pembelian tiket
pulang-pergi sehingga tiket harus dibeli lagi di stasiun tujuan jika ingin
kembali. Stasiun Wonogiri sendiri meskipun bukan termasuk stasiun besar seperti
Stasiun Tugu Yogyakarta atau Solobalapan, tetapi kondisinya begitu baik,
bersih, dan teratur. Sepertinya PT. Kereta Api Indonesia memang menerapkan
standar khusus bagi seluruh stasiun di Indonesia.
Stasiun Wonogiri |
Rencana Perjalanan yang Berubah
Setelah turun dari
railbus dan keluar dari Stasiun Wonogiri, hal pertama yang saya lakukan adalah
mencari warung makan untuk sarapan. Beruntung karena di depan stasiun banyak
terdapat warung makan. Sayapun makan di warung soto depan stasiun dengan
memesan soto, tempe dan kopi yang hanya seharga Rp9.000,00. Sebenarnya tujuan
pertama saya adalah menuju Gunung Gandul yang letaknya tidak jauh dari Stasiun
Wonogiri, akan tetapi melalui obrolan saya dengan warga membuat saya akhirnya
mengurungkan niat untuk ke Gunung Gandul.
Bagian Depan Stasiun Wonogiri |
Keputusan tersebut saya ambil karena menurut
info dari salah satu warga, di Gunung Gandul banyak terdapat monyet-monyet
usil. Terlebih kondisi Gunung Gandul yang kering di penghujung kemarau ini
membuat monyet-monyet tersebut kelaparan. Warga tersebut menyarankan saya jika
ingin ke Gunung Gandul maka lebih baik melalui jalan di belakang RSUD karena
lebih aman daripada melalui jalan setapak di sekitar stasiun. Saya kemudian
mengubah rencana dengan spontan yaitu menuju Waduk Gajah Mungkur.
Perjalanan Panjang Menuju Waduk Gajah Mungkur
Jarak antara Stasiun
Wonogiri dengan Waduk Gajah Mungkur memang tidak terlalu jauh, akan tetapi kali
ini perjalanan yang saya tempuh bukanlah perjalanan yang dekat. Waktu
keberangkatan Railbus Batara Kresna dari Stasiun Wonogiri yang masih lama yaitu
pukul 10.00 WIB membuat saya memutuskan untuk menuju Waduk Gajah Mungkur dengan
cara berjalan kaki.
Lewat Jalan Kampung |
Rute jalan yang saya ambil adalah lurus ke
selatan dari Stasiun Wonogiri melalui jalan perkampungan yang dulunya merupakan
jalur kereta api menuju Baturetno. Perjalanan saya kali ini sebenarnya untuk
sekalian napak tilas jalur kereta api mati yang dulunya menghubungkan Wonogiri
dengan Baturetno. Akan tetapi mengenai napak tilas tersebut akan ditulis secara
khusus pada postingan selanjutnya. Saya yakin untuk terus berjalan ke selatan
karena Waduk Gajah Mungkur memang terletak di selatan Kota Wonogiri.
Bentang Wonogiri |
Ternyata waktu tempuh dengan berjalan kaki
tidaklah seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Sepertinya saya memang harus
belajar untuk memperkirakan lama waktu perjalanan dengan berjalan kaki.
Perjalanan denga motor atau kendaraan umum rasanya begitu singkat, akan tetapi
perjalanan dengan berjalan kaki rasanya begitu jauh dan tidak sampai-sampai. 1
jam berselang saya belum juga sampai di pintu masuk Waduk Gajah Mungkur.
Jalan Utama Wonogiri-Pracimantoro |
Usai melalui jalur napak tilas, kini ES mulai
memasuki jalan utama Wonogiri-Pracimantoro. Waduk Gajah Mungkur sendiri
terlihat sudah dekat dari ketinggian, akan tetapi sayangnya jauh di kaki.
Perlahan tapi pasti, saya tetap melangkahkan kaki sampai nanti sampai di pintu
masuk Waduk Gakah Mungkur. Rute yang saya ambil sama dengan rute menuju SOKO GUNUNG, tetapi rute menuju pintu masuk waduk masih terus ke selatan. Perjalanan
menuju pintu masuk waduk sudah tak lagi jauh saat sampai di gang menuju ke SOKO GUNUNG.
Waduk Gajah Mungkur dari Ketinggian |
Perjalanan saya pun akhirnya sampai di pintu
masuk Waduk Gajah Mungkur setelah kurang-lebih 2 jam berjalan kaki dari Stasiun
Wonogiri. Rasanya lumanyan melelahkan, tetapi semoga saja akan menyehatkan.
Langsung saja saya masuk dan menikmati suasana. Sebenarnya saya ingin agak lama
menghabiskan waktu di waduk, tetapi kekhawatiran akan ketinggalan railbus
menuju Surakarta menjadikan saya untuk mempercepat kunjungan. Saya hanya sempat
berfoto dan mengambil sedikit gambar saja kemudian kembali ke jalan utama
Wonogiri-Pracimantoro untuk menunggu bus.
Waduk Gajah Mungkur |
Ane di Tepi Waduk Gajah Mungkur |
Sekitar 5 menit menunggu, akhirnya bus jurusan
Wonogiri tiba dan saya segera naik. Ternyata perjalanan selama 2 jam dengan
berjalan kaki tidaklah berlaku jika naik kendaraan karena perjalanan saya
dengan bus ini menuju Stasiun Wonogiri hanyalah sekitar 10 menit saja. Sekitar
pukul 09.10 WIB saya sampai kembali di Stasiun Wonogiri. Waktu keberangkatan
railbus yang masih lama membuat saya memutuskan untuk sedikit berjalan-jalan
sebentar.
Balik Wonogiri Naik Bus |
Plintheng Semar
Saya menyusuri rel
kereta api ke arah Surakarta hingga tiba di sebuah taman. Taman tersebut
terletak di Kota Wonogiri tepatnya dekat jembatan kereta api sebelum masuk
Stasiun Wonogiri. Taman yang saya datangi itu adalah Taman Plintheng Semar.
Sesuai dengan namanya, terdapat sebuah patung Semar yang berdiri di
tengah-tengah taman. Kondisi taman cukup teduh dengan pepohonan hijau di
sekitarnya.
Patung Semar |
Nama Plintheng
Semar berasal dari kata Plintheng yang
berarti katapel dan Semar yang
merupakan salah satu tokoh pewayangan. Sebenarnya taman ini mempunyai kisah
legendanya tersendiri yang cukup menarik, meskipun masih jarang diketahui
orang. Akan tetapi kisah mengenai legenda Taman Plintheng Semar tersebut akan
ada di satu postingan khusus yang akan dirilis dalam waktu dekat. Seharusnya
setelah puas menikmati suasana Taman Plintheng Semar, saya kembali ke Stasiun
Wonogiri. Namun di sini saya membuat kesalahan, mungkin karena sudah cukup
lelah berjalan kaki.
Ayunan Sebelah Kosong hlo Neng.. hehe |
Kesalahan!
Entah mengapa
bukannya kembali lagi ke Stasiun Wonogiri, saya malah meneruskan perjalanan
menyusuri rel ke arah Surakarta. Kembali lagi kemampuan saya memperkirakan lama
perjalanan dengan berjalan kaki menjadi suatu faktor yang menyebabkan kesalahan
ini. Awalnya saya mengira bahwa perjalanan saya ke Stasiun Pasar Nguter akan
sampai dalam waktu 1 jam sehingga pas dengan waktu keberangkatan railbus dari
stasiun itu.
Nyebrang Ginian Serem Juga |
Saya terus menyusuri rel, beberapa lama kemudian
saya berpapasan dengan railbus yang bergerak dari arah Surakarta. Tidak ingin
membuang waktu, saya mempercepat langkah kaki dengan harapan agar segera sampai
di Stasiun Pasar Nguter. Ternyata jarak yang harus ditempuh jauhnya di luar
dugaan saya. Entah mengapa saat itu saya bisa lupa bahwa Stasiun Pasar Nguter
berada di perbatasan Wonogiri-Sukoharjo yang jaraknya lumayan jauh.
Jauh |
Akhirnya harapan saya untuk sampai di Stasiun
Pasar Nguter sebelum Railbus Batara Kresna pupus sudah saat railbus tersebut
berhasil mendahului saya saat sampai di daerah Selogiri. Tidak seperti bus,
railbus tidak bisa dihentikan di tengah jalan sehingga saya harus merelakan
kesempatan untuk kembali pulang dengan railbus tersebut. Saat sampai di sebuah
perlintasan tanpa palang pintu terdekat, saya duduk dan tidak melanjutkan
perjalanan menyusuri rel sembari mencari tumpangan untuk membawa saya ke jalan
utama.
Kesusul Dah |
Kembali Pulang Naik Bus
Untungnya ada ibu-ibu
baik hati yang mau mengantar saya ke jalan utama. Betapa bersyukurnya saya saat
itu karena ternyata jarak antara tempat saya duduk tadi dengan jalan utama
cukup jauh. Saya akhirnya sampai juga di jalan utama. Tentu saja ucapan terima
kasih dan permohonan maaf karena telah merepotkan saya ucapkan sebelum
berpamitan. Selanjutnya saya tinggal mencari bus untuk kembali ke Surakarta.
Nebeng Ibu-ibu |
Transportasi dari Wonogiri-Surakarta melalui
jalan utama bukanlah suatu masalah karena terdapat banyak bus dengan tujuan
tersebut. Benar saja, tak lama kemudian sebuah bus jurusan Surakarta melintas
sehingga saya bisa menggunakan jasanya untuk kembali. Perjalanan dengan bus
lebih cepat daripada dengan railbus sehingga sampai sekarang pilihan moda
transportasi umum dengan bus masihlah yang utama bagi masyarakat yang ingin pergi
ke Wonogiri atau Surakarta.
Naik Bus ke Solo |
Tarif yang harus dibayar juga tidak terlalu
mahal yaitu Rp10.000,00 sampai ke Surakarta. Sekitar pukul 11.30 WIB saya sudah
sampai kembali di Stasiun Purwosari, setengah jam lebih cepat daripada jadwal
kedatangan dengan railbus. Sebenarnya setelah sampai saya berencana untuk
melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya di Kota Surakarta, akan tetapi
mata ini rasanya begitu mengantuk, mungkin karena kelelahan setelah berjalan
kaki selama kurang-lebih 3 jam. Yah, mungkin lain waktu perjalanan bisa kembali
dilanjutkan…
INFO TRANSPORTASI
Tiket Railbus Batara Kresna
Rp4.000,00
Bus ke Waduk Gajah Mungkur
Rp5.000,00
Bus Wonogiri-Solo
Rp10.000.00
Posting Komentar
Posting Komentar